Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
Perpustakaan UIN Alauddin Raih Akreditasi A, Begini Cerita Quraisy Mathar
05 Desember 2018
Nurfadhillah Bahar
Facebook
Twitter
Linkedin
WA
UIN Online-Perpustakaan UIN Alauddin Makassar telah menerima hasil penilaian visitasi sertifikat dengan label nilai
A
dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Kepala Pusat Perpustakaan UIN Alauddin, Quraisy Mathar mengatakan, ada enam komponen yang dinilai oleh para asessor terkait akreditasi tersebut, diantaranya, komponen koleksi, sarana dan prasaranan, pelayanan perpustakaan, tenaga perpustakaan, penyelenggaraan dan pengelolaan, serta komponen penguat.
Pengalaman saat menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora-UIN Alauddin, dan mengantar jurusan tersebut meraih peringkat akreditasi dari nilai
C
menjadi
B
, sudah cukup menjadi pijakan awal buat saya dalam memimpin UPT Perpustakaan UIN Alauddin, terangnya melalui laman facebooknya yang ditulis pada 29 November 2018.
Ia menuturkan, pengalaman dengan borang akreditasi program studi di Fakultas memberi sebuah pelajaran berharga bagi dirinya, khususnya dalam urusan visitasi dan akreditasi.
Setelah sempat menjadi pendamping tim penyusun borang akreditasi, serta ikut mendampingi saat sesi visitasi di UPT Perpustakaan IAIN Parepare, yang awalnya belum terakreditasi hingga memperoleh nilai akreditasi
B
, saya kemudian fokus untuk menuntaskan pekerjaan rumah terakhir saya di UPT Perpustakaan UIN Alauddin, lanjutnya.
Sejatinya, borang akreditasi perpustakaan sebetulnya sudah dirintis sejak awal Quraisy berkantor. Pertama kali memasuki ruangan kerja sebagai Kepala Pusat UPT Perpustakaan, ia langsung mencari sertifikat akreditasi perpustakaan. Seorang staf kemudian menyetor sertifikat akreditasi berbingkai dengan label
B
.
Saya kemudian mencoba menelusuri borang akreditasi yang seharusnya ikut mendampingi sertifikat tersebut. Namun borang akreditasi yang lama tersebut ternyata tak kunjung ditemukan. Padahal borang sebelumnya tentu akan sangat membantu proses evaluasi untuk perbaikan nilai akreditasi selanjutnya, ungkapnya.
Ketersediaan hasil penilaian visitasi terdahulu sebetulnya merupakan dasar untuk memulai kegiatan persiapan re-akreditasi selanjutnya. Akhirnya, ia harus memulai pengerjaan borang dari awal kembali. Quraisy menceritakan bahwa dirinya kembali mengintip 6 komponen borang akreditasi perpustakaan perguruan tinggi dan mulai menyusun rencana kerja yang berorientasi kepada 6 komponen tersebut.
Tentu sangat-sangat tak mudah, sebab keberpihakan alokasi anggaran maupun kebijakan lembaga pendidikan tinggi secara umum di Indonesia terhadap perpustakaan sebetulnya masih sangat mengenaskan. Terlalu jauh memang untuk membandingkan alokasi anggaran seluruh perpustakaan perguruan tinggi di Amerika yang oleh pemerintahnya ditetapkan sebanyak 52% dari total anggaran perguruan tinggi per tahun, ujarnya.
Namun, lanjut dia, alokasi anggaran maksimal 5% sesuai yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Perpustakaan pun ternyata juga masih tidak terpenuhi. Perpustakaan tetap dijadikan simbol semata, disebut sebagai jantung perguruan tinggi, namun hanya sebagai jantung koroner yang bisa dicangkok dan disulap setiap saat.
Selesai sudah tugas terakhir saya, walaupun rutinitasku tentu belum berakhir. Kutitip sertifikat terbaru perpustakaan untuk dire-akreditasi kembali pada tahun 2023 nanti. Kini saya mulai mengintip ISO 11620:2008 sebagai ukuran kinerja perpustakaan dalam standar internasional, sambungnya.
Please enable JavaScript to view the
comments powered by Disqus.
Previous Post
Workshop Manajemen Keperawatan Spiritual di PJT RSWS Wahidin Sudirohusodo
Next Post
UIN Alauddin Makassar - BPOM RI Jalin Kerjasama Sukseskan Asta Cita Prabowo, Pangan Aman
Berita Terbaru
Berita Populer
Dema FDK Bangun Kepemimpinan Transformatif Melalui Leadership Training
13 Desember 2024
HMJ TPWK Adakan Seminar Nasional, Bahas Desain Kota Inklusif dan Berkelanjutan di UIN Alauddin Makas
13 Desember 2024
Sidang Promosi Doktor Berti, Kaji Uslub Al-Iltifat dalam Al-Qur'an
13 Desember 2024
Workshop Manajemen Keperawatan Spiritual di PJT RSWS Wahidin Sudirohusodo
13 Desember 2024
Pelajari Human Relations, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Lakukan Kunjungan ke PT Telekomsel
13 Desember 2024
3 Makna Dasar Hidup Dalam Al-Quran
11 Agustus 2011
Tahun Akademik 2019/2020, Ini Jumlah Kuota Maba Setiap Prodi di UIN Alauddin
18 Februari 2019
Berikut ini Jalur Masuk UIN Alauddin Makassar T.A. 2019/2020
18 Februari 2019
Dosen Keperawatan UIN Alauddin Loloskan 23 Soal pada Try Out UKNI ke-XXX
02 Oktober 2024
Prof Abustani Kaji Kelompok Mutaqaddimah dan Mutaakhirin
26 Mei 2011