UIN Alauddin Online – Dalam suasana khidmat pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. H. Andi Aderus, Lc., M.A., Tuan Guru Bajang (TGB) Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A., menyampaikan sambutan testimoni yang penuh makna di hadapan civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, pada Rabu, 9 Juli 2025, di Auditorium UIN Makassar.
Dalam testimoni tersebut, TGB tidak hanya mengungkapkan kekagumannya atas integritas dan keilmuan Prof. Andi Aderus, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang pentingnya pemikiran Islam wasathiyah (moderat) di era kontemporer.
TGB membuka sambutannya dengan menyampaikan penghormatan kepada seluruh pimpinan, senat, guru besar, dan tamu undangan yang hadir.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang saya hormati Ketua Senat UIN Alauddin Makassar beserta seluruh jajarannya, para pimpinan dan anggota Dewan Guru Besar, sahabat saya yang saya cintai dan banggakan, Prof. Dr. H. Andi Aderus, Lc., M.A., beserta keluarga besar beliau, serta hadirin yang saya muliakan,” ucap TGB.
Dalam nuansa yang hangat dan bersahaja, TGB mengaku bahwa ia sempat merasa bingung ketika diminta memberikan testimoni.
“Pak Rektor kemarin menyampaikan kepada saya, ‘Tolong nanti Tuan Guru yang menyampaikan testimoni.’ Saya bingung, mau ngomong apa tentang sahabat saya ini. Tapi agama mengajarkan kita untuk menyampaikan apa adanya,” tutur TGB. “Testimoni ini, dalam bahasa Arab, disebut ‘syahadah’. Dan dalam Islam, syahadah itu bisa dua: bisa menjadi persaksian yang benar, atau justru jatuh pada persaksian yang keliru. Saya tidak mau bersaksi kecuali atas kebenaran.”
TGB kemudian menyampaikan tiga poin penting sebagai bentuk kesaksian terhadap sosok Prof. Dr. H. Andi Aderus:
Pertama, ia menyatakan bahwa Prof. Andi Aderus adalah sosok mukmin sejati.
“Saya bersaksi bahwa beliau adalah seorang mukmin yang memiliki akidah yang lurus dan jiwa yang tenang. Akalnya sehat, tubuhnya sehat, dan—yang paling penting—mental dan hatinya juga sehat. Tidak banyak orang yang bisa menjaga keseimbangan ini di tengah tantangan zaman.”
Kedua, TGB mengibaratkan Prof. Andi Aderus sebagai sosok anak dan murid yang berbakti.
“Dalam riwayat, disebutkan bahwa orang tua itu ada tiga: orang tua kandung, orang tua mertua, dan orang yang mengajarkan ilmu kepada kita. Dan saya menyaksikan bahwa Prof. Andi Aderus adalah anak yang berbakti—baik kepada orang tua kandungnya, kepada keluarga mertuanya, maupun kepada para gurunya.”
TGB kemudian menyebut bahwa salah satu guru utama Prof. Andi Aderus adalah Prof. Dr. Syeikh Ahmad Muhammad al-Thayyib, ulama besar Al-Azhar, yang dikenal sebagai pembawa risalah moderatisme Islam.
Ketiga, TGB menyoroti komitmen Prof. Andi Aderus dalam mengusung manhaj wasathiyah, yaitu jalan tengah dalam berpikir dan bertindak.
“Saya membaca naskah pidato pengukuhan beliau. Dari awal hingga akhir, saya menangkap pesan kuat: beliau memiliki keyakinan yang kokoh bahwa manhaj wasathiyah adalah solusi atas beragam ekstremitas yang menggerogoti umat Islam dan masyarakat luas,” ungkap TGB.
Lebih lanjut, ia mengutip ayat Al-Qur’an yang juga disampaikan oleh Prof. Andi Aderus dalam pidatonya:
“‘Wa kadzalika ja’alnâkum ummatan wasathâ’ (Dan demikianlah Kami jadikan kamu sebagai umat pertengahan). Beliau menekankan bahwa posisi wasathiyah bukanlah posisi pasif, melainkan aktif. Ia menjadi jalan menuju keseimbangan dan keadilan.”
Menutup sambutannya, TGB mengingatkan bahwa ide besar tentang moderatisme atau jalan tengah tidak akan berarti jika tidak dimulai dari kedamaian internal.
“Yang tidak punya, tidak akan bisa memberi. Kita tidak bisa menawarkan pemikiran Islam yang moderat kepada dunia luar, kalau kita sendiri di dalam masih saling berselisih, bertengkar, bahkan saling menumpahkan darah. Maka, konsolidasi internal umat adalah syarat utama,” tegas TGB. “Begitu pula dengan bangsa kita: jika ingin menjadi bangsa besar, mari kita mulai dari saling mengakui, menghargai, dan bersaudara.”
Mengakhiri sambutannya dengan pujian hangat kepada sahabatnya, TGB menyampaikan:
“Terima kasih, saudaraku yang terhormat, Prof. Dr. H. Andi Aderus engkau sangat layak menyandang gelar Profesor. Barakallahu fiik.”