Gambar Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Gelar Kuliah Umum, Bahas Kajian Tafsir Ilmi untuk Masyarakat Indo

Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Gelar Kuliah Umum, Bahas Kajian Tafsir Ilmi untuk Masyarakat Indo

UIN Alauddin Online - Pascasarjana UIN Alauddin Makassar menggelar kuliah umum bertajuk "Kajian Tafsir Ilmi untuk Masyarakat Indonesia Modern" pada Senin, 17 Maret 2025. Kegiatan ini dilaksanakan secara blended melalui Zoom Meeting dan tatap muka di Gedung Pascasarjana Kampus II UIN Alauddin Makassar.

Kuliah umum ini merupakan bagian dari rangkaian acara dalam menyambut mahasiswa baru Non-Reguler Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Acara ini menghadirkan narasumber Direktur Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta, Prof. Dr. H.M. Darwis Hude, M., serta dibuka langsung oleh Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Abustani Ilyas.

Dalam sambutannya, Prof. Abustani Ilyas menekankan bahwa Al-Qur'an adalah sumber ilmu yang tidak akan pernah habis dikaji. 

"Kehebatan Al-Qur’an bahkan ketika kita hanya melihatnya, saya ibaratkan seperti lautan yang begitu dalam. Tidak mungkin kita dapat menimba airnya hingga habis. Bahkan jika ribuan tesis, disertasi, dan kajian dibuat, Al-Qur’an tetap tak akan habis dikaji," ujarnya.

Ia juga menyoroti bagaimana kajian terhadap satu huruf dalam Al-Qur’an, seperti huruf 'Alif', masih terus berkembang di berbagai pusat studi Islam dunia. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak aspek dalam Al-Qur’an yang dapat dikaji lebih dalam untuk menjadi pedoman bagi umat manusia. 

"Melalui kuliah umum ini, kita berharap Tafsir Ilmi dapat semakin memperkuat fungsi Al-Qur’an sebagai hudan (petunjuk) bagi masyarakat Indonesia," tambahnya.

Dalam pemaparannya, Prof. Dr. H.M. Darwis Hude, M. menjelaskan bahwa pemikiran Tafsir Ilmi mulai berkembang di Indonesia pada awal abad ke-20. Pada saat itu, tafsir yang dominan masih bercorak kebahasaan, fikih, dan tasawuf. Namun, seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan Islam, pendekatan ilmiah terhadap Al-Qur’an mulai mendapat tempat.

"Salah satu contoh awal dari pendekatan ini adalah Tafsir Qur’an Karim karya Mahmud Yunus yang terbit pada tahun 1938," jelasnya. Memasuki pertengahan abad ke-20, kajian tafsir semakin berkembang ke arah saintifik, seperti yang terlihat dalam karya Buya Hamka dan Bey Arifin dengan "Samudera Al-Fatihah".

Tafsir Ilmi semakin mendapat perhatian di Indonesia setelah seminar internasional tentang Kemukjizatan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang digelar di Bandung pada 2 September 1994.

 Beberapa tokoh seperti Ahmad Baiquni dan Umar Anggara Jenie merespons hasil seminar ini dengan menulis berbagai makalah dan buku yang menghubungkan Al-Qur’an dengan sains.

"PTIQ juga menginisiasi seminar nasional yang membahas Tafsir Ilmi dalam konteks Indonesia modern, diikuti oleh berbagai gagasan integrasi Al-Qur’an dan sains dari para akademisi," tambahnya. 

Selain itu, pada 2009, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama RI bekerja sama dengan LIPI dan ITB mengembangkan Tafsir Ilmi dengan pendekatan tematik berbasis saintifik, termasuk kajian Al-Qur’an dan Biologi yang dilakukan bersama Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta.

Kuliah umum ini menjadi ajang diskusi akademik yang membuka wawasan bagi para mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar dalam memahami relevansi Tafsir Ilmi bagi masyarakat modern. Dengan pendekatan ilmiah terhadap Al-Qur’an, diharapkan kajian tafsir dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi ilmu pengetahuan dan kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Previous Post Prodi Akuntansi UIN Alauddin Gelar Tes TOEFL bagi Calon Mahasiswa Kelas Internasional
Next Post UIN Alauddin Makassar Gelar 3.000 Khataman Al-Qur’an, Dukung Target Nasional 350.000 Khataman Kemena