Gambar Membangun Rasa Solidaritas dan Persaudaraan Lewat KKN

Membangun Rasa Solidaritas dan Persaudaraan Lewat KKN

UIN Online - Mata kuliah Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, adalah mata kuliah yang wajib diambil setiap mahasiswa. Saat ini, lebih seribu  mahasiswa UIN Alauddin tengah mengakhiri masa KKN.

Dan sudah hampir dua bulan mereka berkumpul dengan mahasiswa-mahasiswa fakultas lain di UIN Alauddin, bersama di suatu desa untuk menjalankan misi tertentu. Misi yang sama yakni menyelesaikan seluruh program KKN.

Kita bisa melongok sedikit aktivitas mahasiswa yang berada di posko Desa Lengkura Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.

Menurut Nur Najemia Zain mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) menyatakan bahwa kebanyakan orang menilai KKN sebagai sesuatu yang berat.

"Kita diminta untuk hidup jauh dari lingkungan kita biasa tinggal, bersama kebanyakan orang yang kita tidak kenal, dan menjalankan suatu misi bersama-sama. Tapi entah mengapa, dari awal saya  mengikuti KKN ini,  merasa bahwa ini bukanlah suatu tantangan berat untuk saya lewati. Saya menganggap ini adalah liburan panjang dan menyenangkan."

"Waktu yang tepat bagi saya untuk merefresh dari kehidupan normal, kuliah, tugas, dan segalanya. Waktu yang tepat untuk memulai hubungan baik dengan teman-teman baru, dan more down to earth. Makanan yang tidak sesuai kebiasaan? No problem! Alih-alih, makanan di desa jauh lebih lezat dari pada yang saya bayangkan sebelumnya. Semuanya dibeli dari pasar yang baru dipetik di kebun. Justru itu daya tariknya yang justru luar biasa," katanya via telepon.

Selain itu faktor dari teman-temannya yang punya karakter tersendiri membuat dia juga merasa nyaman. "Mungkin juga faktor teman-teman saya yang nyaman. Saya pikir, saya hampir dekat semua sama teman satu posko. Bersama-sama merancang program kerja dan menjalankannya. Inilah keindahan yang tak mungkin saya dapatkan di tempat lainnya," tambahnya

Cari Sinyal di Bukit
Menurut Najemia, saat menjalankan program kerja tak sekalipun mengesalkan atau membosankan. Hanya saja, kadang faktor jaringan telepon seluler (ponsel) yang kadang-kadang tak menentu membuat koordinasi agak terganggu.

"Yang membuat saya agak terganggu adalah faktor susahnya jaringan ponsel. Bayangkan, kadang kami ke bukit untuk sekedar mencari sinyal. Namun, setelah waktu berlalu terkadang saya pikir ini juga memiliki daya terik tersendiri buat saya," cerita Najemia.

Lalu ada juga karakter teman yang berbeda-beda. "Ada Samad dari jurusan ilmu perpustakaan, fakultas adab dan humaniora. Sosoknya pendiam tapi sangat tegas dan prinsipil," ujarnya Atau kordinator desanya, Suaib dari jurusan peradilan fakultas syariah dan hukum (FSH). "Tegas namun suka sekali memerintah," lanjutnya bercerita.

Banyak hal menurut Najemia terasa mengasyikkan. Seperti bersama-sama melakukan pembuatan batas desa dan nomor rumah. Atau bersama-sama membuat makanan tradisional, melakukan penyelengaraan salat jenazah, membuat keterampilan, dan sebagainya.

"Sejumlah program kerja yang diadakan yang membuat kami selalu bersama. Ya, mau tak mau menumbuhkan suatu ikatan persaudaraan tersendiri satu sama lain. Bahkan kami seperti saudara dan tak ingin berpisah," pungkasnya bercerita. (*)
Previous Post LP2M UIN Alauddin Makassar Sukses Dukung Program Prioritas Sulsel Melalui Pengabdian Masyarakat
Next Post GenBI Sukses Gelar The Article Writing Competition Batch 2