Gambar Tradisi Balia Bawa Sidik Jadi Doktor UIN Alauddin

Tradisi Balia Bawa Sidik Jadi Doktor UIN Alauddin

UIN Online - Drs Sidik MAg melangsungkan acara promosi doktor di Gedung Program Pascasarjana (PPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Selasa (05/062011) malam. Sidik lulus sebagai doktor dalam bidang Pemikiran Islam dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 87,72. Dia lulus sebagai doktor yang ke 96 di UIN.

Sidik, membawakan disertasi berjudul Pandangan Masyarakat Muslim Kaili Terhadap Tradisi Balia di Palu, Sulawesi Tengah. Tampil sebagai promotor Prof Dr Moh Qashim Mathar MA, Prof Dr H Ahmad M Sewang MA, co Promotor Prof Dr H Abd Rahim Yunus MA. Sedangkan dewan penguji Prof Dr H Moh Ramli M Si, Dr Norman Said MA, dan Dr Susdiyanto M Si

Isi disertasi tersebut secara garis besar menggambarkan bahwa, pandangan masyarakat muslim Kalili terhadap tradisi Balia di Palu dengan menggunakan studi Teo-sosiologis. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaannya dan pandangan masyarakat muslim Kaili terhadap tradisi Balia serta analisis dalam pendekatan teo-sosiologis.

Penelitian salah satu Pimpinan Pondok Pesantren di Palu ini bersifat deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

"Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tradisi Balai adalah satu bentuk upacara adat orang Kaili di Palu yang dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Yaitu dengan cara meminta kepada roh-roh nenek moyang dengan tujuan untuk penyembuhan penyakit dan permohonan perlindungan kepada roh-roh halus, karena roh-roh tersebut dapat juga memberikan malapetaka bagi manusia," kata Sidik.

Adapun faktor-faktor penyebab tradisi Balia tetap dilaksanakan oleh sebagian masyarakat muslim Kaili, karena kurangnya pengetahuan agama, budaya, ekonomi, dan faktor sosial masyarakat. Ada beberapa pandangan masyarakat muslim Kaili terhadap upacara Balia, yaitu pertama memandang bahwa upacara Balia tidak bertentagan dengan ajaran Islam karena itu merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakn oleh mereka.

Kedua, mereka berpandangan bahwa tradisi Balia bertentangan dengan ajaran Islam karena mereka meminta sesuatu yang bukan selain Allah, melainkan pada roh-roh dan jin-jin yang ada di gunung, daratan, dan lautan.

Ketiga, mereka memandang bahwa tradisi Balia paling berintegrasi pada ajaran Islam. Sebab budaya tersebut telah mengalami akaulturasi dengan ajaran Islam itu sendiri. Tradisi Baila bagi masyarakat Kaili dipercaya sebagai sarana pengobatan yang dikaitkan dengan alam dan agama.

Dari tradisi ini alam bukan hanya sesuatu yang disaksikan atau dipahami secara empiris (al-syahadah) tetapi sesuatu di luar jangkauan manusia. Pelaksanaan tradisi Balai juga berfungsi sebagai media komunikasi mempertemukan masyarakat dan memperkuat interaksi sosial. (*)

Previous Post 5.612 Maba UIN Makassar Ikut PBAK di Masjid Agung Sultan Alauddin
Next Post Mahasiswa KKN UIN Alauddin Bangun Desa Berbasis Nilai Islami