UIN Alauddin Online – Di tengah derasnya arus intoleransi yang kadang menyelimuti wajah keberagaman Indonesia, sosok AKBP I Nyoman Budi Artawan, S.H., S.I.K., M.M., tampil sebagai bukti hidup bahwa harmoni antaragama bukan hanya wacana, melainkan nyata dan dapat diraih lewat ilmu.
Perwira Polri yang saat ini menjabat Kapolres Sintang, Kalimantan Barat, ini mencatat sejarah pribadi dan kelembagaan ketika secara resmi dikukuhkan sebagai Doktor Hukum Islam ke-1384 dari Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Lahir dan besar dalam Agama Hindu yang kuat, I Nyoman tak melihat batas keyakinan sebagai halangan untuk belajar dari nilai-nilai agama lain. Justru, keinginannya menimba ilmu hingga ke ranah Hukum Islam ia anggap sebagai langkah strategis untuk memperkuat sense of justice dan harmoni sosial yang ia perjuangkan sebagai aparat negara.
“Saya banyak belajar dari umat Islam yang saya temui, terutama saat bertugas. Ketika saya mendalami lebih jauh lewat studi ini, saya sadar bahwa Islam mengajarkan keindahan, kedamaian, dan keadilan. Sangat berbeda dari prasangka yang selama ini melekat pada sebagian kelompok," ujarnya penuh refleksi usai sidang promosi doktoralnya, yang berlangsung di Aula Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Kamis 24 April 2025.
Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. Abustani Ilyas, M.Ag., Direktur Pascasarjana, dengan tim promotor terdiri dari Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A.- promotor utama, Dr. H. Abd. Wahid Hadade, Lc., M.H.I., dan Dr. Munadi, M.Si. serta penguji lain seperti Prof. Dr. Darussalam Syamsudin, M.Ag. dan Prof. Dr. H. Saleh Ridwan, M.Ag.
Dalam disertasinya yang berjudul “Nilai-Nilai Saprahan sebagai Resolusi Konflik SARA dalam Masyarakat Melayu Pontianak Perspektif Hukum Islam”, I Nyoman menelusuri kearifan lokal masyarakat Melayu yang menyelesaikan konflik secara damai melalui tradisi saprahan. Ia menemukan keselarasan antara nilai-nilai saprahan dengan prinsip-prinsip hukum Islam yang menjunjung tinggi keadilan, perdamaian, dan musyawarah.
“Tradisi saprahan ini bukan hanya ritual budaya, tetapi punya daya rekonsiliatif yang luar biasa. Jika dikaji dengan pendekatan Hukum Islam, ada nilai-nilai universal yang bisa memperkuat peran saprahan dalam menjaga kohesi sosial di tengah kemajemukan masyarakat,” jelasnya.
Rekam jejak I Nyoman pun tak biasa. Lulusan Akademi Kepolisian (AKPOL) tahun 2004 ini pernah menjabat sebagai Kapolres Landak, sebelum diangkat menjadi Kapolres Sintang sejak Juli 2024. Di balik tugas-tugas beratnya sebagai penegak hukum, ia tetap meluangkan waktu untuk menyelesaikan studi doktoralnya selama 2 tahun 7 bulan 23 hari.
Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Abustani Ilyas dalam sambutannya menegaskan bahwa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar, tidak terbatas pada penganut agama Islam.
“Saat ini kami juga memiliki mahasiswa dari Manado yang sedang menyelesaikan S2 Perpustakaan. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam bersifat universal dan terbuka untuk dijadikan pijakan dalam menciptakan kedamaian,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran I Nyoman sebagai seorang pemeluk Hindu yang menempuh studi doktoral di bidang Hukum Islam menjadi cerminan hidup harmonis dalam keberagaman.
“Kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk, dan ternyata nilai-nilai Islam sangat relevan dalam menjaga keharmonisan. Apa yang ditulis beliau bukan hanya untuk kebutuhan akademik, tetapi sebagai kontribusi nyata untuk perdamaian kehidupan sosial,” pungkasnya.