UIN Alauddin Online - Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melalui Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) menggelar Seminar Nasional bertajuk “Transformasi Guru Profesional dari PPG Menuju Kelas Masa Depan: Cara Efektif Merespons AI”, Senin (21/4), di Auditorium Kampus II UIN.
Seminar ini bertujuan meningkatkan kompetensi alumni Pendidikan Profesi Guru (PPG) Batch 2 Tahun 2024 dan dirangkaikan dengan pelantikan pengurus Ikatan Alumni (IKA) PPG oleh Sekretaris Jenderal BPP IKA, Prof. Dr. Drs. Supardin M. Hi.
Dekan FTK UIN Alauddin Makassar, Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I., dalam paparannya menekankan pentingnya peran guru sebagai pendidik profesional yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. “Berbicaralah dengan seseorang (peserta didik) sesuai dengan tingkat kemampuannya,” ujarnya menyinggung bagaimana AI bisa menjadi alat bantu dalam pendekatan pembelajaran yang lebih personal.
Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., menyampaikan materi bertema transformasi guru profesional di era digital. Ia memberikan inspirasi tentang pentingnya ketekunan dalam proses. “Kalau ingin berprestasi dalam hidup, tidak perlu ribut tapi rebut. Saat pohon tumbang suaranya ribut, namun saat pohon itu bertumbuh senyap tanpa suara,” katanya.
Ia juga menyampaikan refleksi mendalam tentang dinamika zaman. “Siklus kehidupan: Masa yang susah melahirkan orang kuat seperti buyut kita. Orang kuat melahirkan masa yang mudah, masa yang mudah melahirkan orang yang lemah, dan orang lemah melahirkan masa yang susah,” tambahnya.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan (AUPK), Prof. Dr. Andi Aderus, Lc., M.A., turut menyoroti peran penting guru Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya yang telah menyandang gelar Gr. Ia menekankan perlunya moderasi beragama ditanamkan sejak dini melalui pendekatan pedagogik.
“Guru PAI, apalagi yang sudah mendapatkan gelar Gr, maka banyak hal yang bisa dilakukan untuk penanaman moderasi beragama. Pertama, misalnya sebagai pedagogik, perlu dimasukkan ke dalam RPS masalah-masalah moderasi beragama supaya dari awal tertanam di anak-anak kita moderasi beragama, toleran, anti-kekerasan. Dia kemudian komitmen kebangsaan dan keislamannya berjalan seiring, tidak berat sebelah,” ungkapnya.