UIN Alauddin Online - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Riset, Keilmuan dan Kemitraan Masyarakat (RITMA) UIN Alauddin menggelar Ritma Scientific and Education Talk (Riset Talk) dengan mengusung tema 'Problematika Vaksinasi di Era Pandemi Covid 19" pada Minggu, 4 September 2021.
Pada kesempatan itu, penyelenggara menghadirkan pemateri Apt Asrul Ismail S Farm M Sc yang tak lain merupakan Ketua Program Studi (Prodi) Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin.
Idealnya kata dia, vaksin diteliti 10 hingga 15 tahun. Akan tetapi karena keadaan yang darurat sekarang, peneliti-peneliti berusaha menyelesaikan vaksin secepat mungkin, sehingga menghasilkan vaksin-vaksin yang telah beredar di masyarakat.
"Vaksin yang beredar di masyarakat tersebut telah teruji , dan telah melewati tahap-tahap penelitian vaksin sehingga dapat digunakan. Adapun tahapan penelitian vaksin yaitu ekplorasi, tahap uji pra klinis dengan menggunakan hewan seperti tikus dan tahap klinis dengan manusia," ujarnya.
Pada tahap klinis urai dia, tedapat lagi 3 tahap yang harus di lewati sebelum disebar ke masyarakat. Adapun vaksin-vaksin yang telah beredar di Indonesia dan telah lolos uji klinis yaitu vaksin sinovac, vaksin sinopharm, vaksin moderna, vaksin Astrazeneca,dan vaksin pfizer.
"Vaksin menjadi problematika karena kurangnya edukasi ke masyarakat, untuk itu kita harus mencari tau lebih dalam tentang vaksin, dan mngedukasi kepada masyarakat bahwa vaksin itu baik untuk digunakan," paparnya.
Ia melanjutkan, efek samping yang muncul membuat masyarakat enggan dan takut untuk vaksin. Padahal angka kejadian efek samping relatif kecil dan angka kematian juga relatif kecil.
Akan tetapi salah satu penyebabnya, media terlalu membesar-besarkan hal ini, sehingga masyarakat enggan untuk vaksin. Memang dianggap sangat kompleks masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia.
"Apalagi perkembangan teknologi infromasi yang sangat pesat, itu membuat kita harusnya bisa memfilter informasi-informasi yang beredar, hoax berkembang sangat besar dan hoax berkembang seolah-olah dapat di percaya," sebutnya.
Diakhir materi, pemateri mengajak peserta Riset Talk untuk menjadi agen literasi, menjadi informan kepada masyarakat untuk memberikan edukasi hal-hal yang baik dan salah. Khususnya saat ini pada Pandemi covid-19 yang memiliki banyak problem.
Salah seorang peserta, Misran menilai, ada tiga hal yang menjadi problematika vaksinasi di Indonesia, salah satunya bahwa ternyata Indonesia memiliki presentasi yang paling tinggi menolak vaksinasi.
"Hal itu saya simpulkan setelah melakukan riset. Kedua adalah ketidakpercayaan masyarakat tentang vaksin, banyak yang berpendapat bahwa vaksin adalah salah satu bentuk politisasi. Ketiga, ketika vaksinasi dijadikan syarat untuk bepergian sehingga masyarakat yang berada di desa menganggap bahwa mereka tidak akan keluar kota karena stigma-stigma yang beredar di masyarakat terkait vaksinasi," tutupnya.