Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
Prof Rahman Getteng: Profesi Guru Bagian Hidup Saya
06 Desember 2010
Latifah Ulfa
Facebook
Twitter
Linkedin
WA
Pahlawan
tanpa tanda jasa, demikian gelar sebutan untuk para guru. Sebuah profesi maha mulia yang menjadi idaman banyak manusia. Termasuk salah satunya adalah guru besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Abd Rahman Getteng. Bahkan bagi Prof Rahman --demikian ia disapa, menjadi guru adalah panggilan dari hidupnya.
“Saya menjadikan profesi guru sebagai panggilan hidup. Bahkan meski sekarang saya sudah seorang Professor. Saya tetap menganggap diri sebagai guru seperti biasanya, ” katanya, saat ditemui UIN Onilne usai mengajar pada mata kuliah, Etika Keprofesionalan Guru, Senin (06/12/2010) lalu.
Berangkat dari profesi sebagai pendidik itulah, membuat Prof Rahman ingin berbagi keluh kesah tentang perjuangan sebagai seorang guru dan kewajiban yang diembannya. Ia bercerita panjang lebar tentang etika dan profesi guru dalam buku berjudul "Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika".
Buku yang diterbitkan oleh Graha Guru, Yogyakarta ini, pun laris manis. Hingga kini telah memasuki cetakan ketiga sejak April 2010. Buku ini menjadi salah satu rujukan wajib bagi para pengajar di seluruh Indonesia. Lantas seperti apa garis besar isinya?
Guru besar kelahiran Tanete, Kabupaten Barru, 3 Agustus 1942 ini menjelaskan bahwa isi buku tentang sosialiasi undang-undang pendidikan. “Buku ini saya tulis untuk mensosialisasikan undang-undang nomor 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen. Saya ingin profesi guru ini benar-benar dipahami oleh pendidik, dan mereka mengetahui apa yang sebenarnya kewajiban seorang pendidik,” katanya.
Prof Rahman menambahkan, ia memiliki alasan kuat dalam menulis buku tersebut. Ia ingin profesi guru dihargai. Dari pengalamannya, profesi guru masih sering dilecehkan. "Mungkin sebagian orang menganggap gaji guru sangat rendah, hingga profesinya pun direndahkan. Nah, berangkat dari masih banyaknya anggapan itu, saya berusaha merangkumnya dalam tulisan," imbuhnya.
Selain buku Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika, Prof Rahman yang mengawali karier sebagai guru sejak dari jenjang SLTP, SLTA, hingga asisten/dosen pada beberapa perguruan tinggi ini, juga telah menghasilkan beberapa buku lainnya.
Di antaranya Metode Penyuluhan Agama, Pendidikan Islam dalam Pembangunan, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan (dari tradisional hingga modern), Pendidikan dalam Konsep Alquran, dan yang terakhir Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika.
“Pokoknya saya sudah jatuh cinta dengan profesi guru. Saya mengawali profesi itu sejak menjadi guru SMP hingga jenjang perguruan tinggi. Sekali lagi, jabatan guru sudah menjadi bagian dari hidup saya. Dan saya memang lebih senang berprofesi sebagai guru,” ungkap Prof Rahman yang menjadi guru sejak tahun 1968 hingga sekarang.
Guru di Soppeng
Prof Rahman mengawali pendidikannya dari sekolah rakyat (SR) -- kini sekolah dasar lalu pindah ke Madrasah Ibtidaiyah Darul Da’wah wal Irsyad (DDI). Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat dasar di Tanete Kabupaten Barru, pada tahun 1955, ia melanjutkan pendidikan setingkat tsanawiyah di Madrasah Muallimin Muhammadiyah pada tahun 1995-1959.
Selepas itu, ia mulai melirik pendidikan untuk menjadi seorang guru. Untuk itu Prof Rahman remaja melanjutkan sekolah di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6, Kota Makassar, tahun 1959-1961. Setelah menamatkan pendidikan, pria yang rambutnya kini telah memutih semua ini terangkat sebagai guru agama pada PGAP/SMP Muhammadiyah di Watansoppeng, Kabupaten Soppeng.
Setelah sempat dua tahun mengajar, akhir tahun 1963, Prof Rahman dipindahtugaskan kembali ke Makassar, yakni mengajar di Madrasah Muallimat Aisyiah. Selama menjadi guru, ia pun sambil kuliah di Fakultas Syariah IAIN Suanan Kalijaga Yogyakarta cabang Makassar sampai tingkat Bachelor (ahli madya).
Nah, akhirnya pada tahun 1966, ia memperoleh gelar sarjana muda (BA) pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, lalu tahun 1970 meraih sarjana lengkap (Drs) di universitas yang sama. Setelah menyelesaikan sarjana lengkapnya, ia bertugas di Jawatan Penerangan Agama Provinsi Sulawesi Tengah sebagai kepala bagian pemeliharaan ajaran pancasila.
Terdorong untuk melanjutkan pengabdian sebagai guru, atas permintaan sendiri ia dialihtugaskan sebagai dosen pada Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Ujung Pandang (sekarang UIN Alauddin Makassar) sejak tahun 1977.
Lalu pada tahun 1981-1982, ia mendapat kesempatan mengikuti Program Studi Purna Sarjana (SPS) pada IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Kemudian tahun 1993 ia mengikuti program S3 pada Program Pascasarjana (PPs) IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Prof Rahman akhirnya meraih gelar doktornya dalam ilmu agama Islam pada tahun 1995. (uin online/latifah ulfa)
Please enable JavaScript to view the
comments powered by Disqus.
Previous Post
Dharma Wanita UIN Alauddin Makassar Berbagi Kasih dalam rangka HUT Dharma Wanita dan Hari Ibu
Next Post
AI Gunakan Gedung Perpustaakan UIN Makassar Cetak Uang Palsu Sejak September 2024, Bukan 2010
Berita Terbaru
Berita Populer
Dharma Wanita UIN Alauddin Makassar Berbagi Kasih dalam rangka HUT Dharma Wanita dan Hari Ibu
23 Desember 2024
AI Gunakan Gedung Perpustaakan UIN Makassar Cetak Uang Palsu Sejak September 2024, Bukan 2010
23 Desember 2024
Riset Peternakan Sapi di Bulukumba, WR III UIN Alauddin Makassar dan Tim Dapat Dana Hibah Rp 5 M
20 Desember 2024
Dua Tim Dosen UIN Alauddin Makassar Lolos Pendanaan Riset, Dapat Rp10 M
20 Desember 2024
Skandal Uang Palsu: Rektor UIN Alauddin Pecat Dua Pegawai dengan Tidak Hormat
20 Desember 2024
3 Makna Dasar Hidup Dalam Al-Quran
11 Agustus 2011
Tahun Akademik 2019/2020, Ini Jumlah Kuota Maba Setiap Prodi di UIN Alauddin
18 Februari 2019
Berikut ini Jalur Masuk UIN Alauddin Makassar T.A. 2019/2020
18 Februari 2019
Dosen Keperawatan UIN Alauddin Loloskan 23 Soal pada Try Out UKNI ke-XXX
02 Oktober 2024
Prof Abustani Kaji Kelompok Mutaqaddimah dan Mutaakhirin
26 Mei 2011