Gambar Prof. Dr. Tasbih Kukuhkan Pemahaman Hadis Era Digital sebagai Arah Baru Ilmu Ma’ani al-Hadis

Prof. Dr. Tasbih Kukuhkan Pemahaman Hadis Era Digital sebagai Arah Baru Ilmu Ma’ani al-Hadis

UIN Alauddin Online - Prof. Dr. Tasbih, M.Ag., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ma’ani al-Hadis pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Pengukuhan ini berlangsung pada Rabu, 19 November 2025, melalui Sidang Senat Terbuka Luar Biasa di Gedung Auditorium Kampus II Samata.

Dalam pidato pengukuhan berjudul “Memahami Hadis Nabi di Era Digital: Peluang, Tantangan, dan Arah Baru Ilmu Ma’ani al-Hadis”, Prof. Tasbih menegaskan bahwa era digital telah menghadirkan perubahan fundamental dalam cara umat Muslim mengakses, memahami, dan menyebarkan hadis Nabi SAW.

Ia memaparkan perkembangan sejarah studi hadis, mulai dari tradisi lisan, transisi menuju kodifikasi, hingga lahirnya karya monumental seperti Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Menurutnya, digitalisasi merupakan fase lanjutan dari dinamika keilmuan Islam yang tidak dapat dihindari.

“Transformasi dari oral ke tulisan adalah bukti kesungguhan ulama menjaga kemurnian ajaran Nabi. Kini, era digital hadir sebagai fase baru yang tidak boleh kita abaikan,” jelasnya.

Prof. Tasbih mengungkapkan bahwa akses terhadap sumber-sumber hadis kini semakin luas melalui berbagai platform digital, seperti Maktabah Syamilah dan Sunnah.com. Perkembangan ini membuka peluang besar untuk pemerataan kajian hadis, namun sekaligus menghadirkan potensi kesalahan pemahaman jika tidak dibarengi penguasaan metodologi ilmu hadis.

“Kecepatan akses tidak boleh membuat kita lengah. Banyak aplikasi hadis yang memuat terjemahan tanpa sanad,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa perkembangan big data dan Artificial Intelligence (AI) telah memperluas metode penelitian sanad dan matan. Teknologi tersebut memungkinkan pemetaan hubungan perawi, variasi riwayat, hingga analisis tematik ribuan hadis secara cepat dan sistematis.

Prof. Tasbih turut menyoroti maraknya penyebaran potongan hadis di media sosial tanpa konteks ilmiah yang memadai. Hal tersebut dinilainya berisiko menimbulkan reduksi makna dan penyalahgunaan teks untuk kepentingan ideologis.

Ia mencontohkan relevansi hadis kullukum ra’in dan man ghashshana falaysa minna sebagai pijakan etika digital, termasuk integritas informasi dan kejujuran akademik.

Dalam sektor pendidikan, Prof. Tasbih menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi digital dalam pengajaran hadis di perguruan tinggi. Integrasi e-learning, simulasi digital, hingga pemanfaatan AI dinilai mampu meningkatkan kompetensi mahasiswa, selama tetap berlandaskan prinsip-prinsip metodologi klasik.

Mengakhiri pidatonya, Prof. Tasbih menegaskan bahwa era digital bukan ancaman bagi studi hadis, melainkan babak baru perjalanan panjang tradisi keilmuan.

Pengukuhan ini, lanjutnya, menjadi momentum bagi UIN Alauddin Makassar untuk memperkuat kontribusi dalam menghadirkan kajian hadis yang moderat, ilmiah, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi global.

Penulis: Shelah Putri Adinda — Volunteer Humas Gen 2, Prodi KPI

Previous Post Guru Besar UIN Alauddin Soroti Ancaman Budaya Lokal di Era Globalisasi
Next Post UIN Alauddin Kukuhkan Tiga Guru Besar, Teguhkan Komitmen Akademik dan Keilmuan