Gambar Rektor UIN Alauddin Peringatkan Dampak AI: Etika Sosial Tergerus, Privasi Menghilang

Rektor UIN Alauddin Peringatkan Dampak AI: Etika Sosial Tergerus, Privasi Menghilang

UIN Alauddin Online – Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., menyampaikan peringatan serius mengenai berbagai dampak negatif perkembangan Kecerdasan Buatan (AI). Hal tersebut ia ungkapkan saat membuka konferensi internasional The Second ICONETT (International Conference on Education and Teacher Training) yang diselenggarakan di Ruang Rapat Senat, Lantai 4 Rektorat Kampus II UIN Alauddin Makassar, Selasa 18 November 2025.

Konferensi yang diinisiasi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) ini mengusung tema “Beyond AI: Human-Centered Learning in the Age of Technology”. Mengawali sambutannya, Rektor menyoroti bahwa perkembangan AI telah memicu pergeseran besar dalam tatanan sosial dan perilaku manusia.

Menurutnya, terdapat dua persoalan utama yang muncul akibat fenomena tersebut, yaitu menurunnya peran manusia dalam pekerjaan serta memudarnya etika dalam interaksi sosial.

Prof. Hamdan mencontohkan perubahan pola belajar generasi saat ini, di mana banyak anak lebih memilih bertanya kepada AI dibandingkan bertanya kepada guru. Ia membandingkan era sebelumnya—yang menyandarkan nilai pendidikan pada tiga figur utama, yakni guru sekolah, guru mengaji, dan orang tua—dengan kondisi saat ini, ketika AI menjadi sumber informasi utama.

Selain itu, Rektor menyoroti tren sebagian masyarakat yang mulai mengandalkan layanan AI, seperti ChatGPT, untuk kebutuhan medis. Menurutnya, perubahan ini menggambarkan pergeseran budaya konsultasi yang sebelumnya santun (“Tabe Dok”) menjadi pendekatan instan (“Halo Dok”).

“Saya bilang, waduh, luar biasa ini... tergerusnya dan bergesernya etika-etika sosial dalam kehidupan,” ujarnya.

Lebih jauh, Prof. Hamdan memperingatkan bahwa tantangan lain yang tidak kalah berbahaya adalah hilangnya privasi individu. Kemajuan teknologi AI memungkinkan jejak digital seseorang terekam dan tidak dapat dihapus sepenuhnya.

“Jejak digital seiring dengan AI ini luar biasa sekali, dan itu tidak bisa terhapus. Tantangan moral ini sekarang sangat besar,” tegasnya.

Di bagian akhir sambutannya, Rektor juga menyinggung risiko manipulasi sosial oleh algoritma, di mana isu yang tidak benar dapat menjadi tren dan memengaruhi opini publik.

Setelah pembukaan resmi, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh para narasumber dari berbagai negara.

Previous Post UIN Alauddin Siapkan Mahasiswa Baru KIP Kuliah Lewat Program Matrikulasi
Next Post Membuka Seminar Internasional di UIN, Menag Tegaskan Peran Sentral Indonesia untuk Gaza