Gambar Kuliah Tamu Ilmu Politik UIN Alauddin Bahas Peran Legislator Muda dalam Perwakilan

Kuliah Tamu Ilmu Politik UIN Alauddin Bahas Peran Legislator Muda dalam Perwakilan

UIN Alauddin Online - Program Studi (Prodi) Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar mengadakan Kuliah Tamu bertajuk Peran Legislator Muda dalam Perwakilan Membangun Sinergitas: Harapan dengan Kenyataan.

Kegiatan itu dilaksanakan secara blendid learning melalui aplikasi Zoom Meeting dan offline di Lecture Teather, Gedung FUF, Kampus II, Selasa (26/10/2021).

Hadir dalam kegiatan itu politisi milenial sebagai narasumber yaitu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Selatan, Ismail Bachtiar.

Dalam materinya, Ismail Bachtiar menyampaikan masuk ke dunia politik jangan menginginkan perubahan. Menurutnya, banyak politisi yang memiliki visi perubahan akan tetapi pada saat berada didalam sulit menggapainya.

"Masuk politik, jangan terlalu menginginkan perubahan tapi mengubah lingkungan sekitar kita," kata pria asal Kabupaten Bone ini.

Ismail menceritakan, dirinya masuk ke dunia politik setelah mengenal salah satu tokoh politik, pengusaha pada 2017 yakni Sandiaga Salahuddin Uno. 

Menurut Ismail, dirinya terinspirasi dari Sandiaga Uno, karena terus bermanfaat bagi orang lain. Sehingga dirinya belajar bagaimana bisa menerapkan kemanfaatan yang didapat Sandiaga Uno di Sulawesi Selatan.

"Pengalaman saya 2017 awal mula diperkenalkan salah satu politisi, pengusaha. Saat mengenal beliau, begitu banyak manfaat untuk orang. Sehingga yang ada dalam pikiran saya, bagaimana saya melakukan beliau bisa saya lakukan di Sulawesi Selatan," paparnya.

Ia menambahkan, agar bisa terpilih sebagai Anggota DPRD dirinya mengaku melakukan komunikasi politik yakni monitoring dan evaluasi. "Saya hadapi, saya monitoring dan evaluasi. Pelajari secara seksama, pendekatan, eksekusi, follow up," ujarnya.

Lanjut, Ismail menegaskan untuk menjadi Anggota DPRD lupakan persepsi harus anak pejabat. Akan tetapi kata dia lakukan dengan karya.

"Soal persepsi money politik dan anak pejabat itu nomor dua, yang pertama adalah karya kita dimasyarakat. Persepsi diri kita ke publik, Ismail itu orangnya seperti apa," bebernya.

Terakhir, ia menyampaikan untuk mendapatkan hal itu, para peserta kuliah tamu harus komitmen bekerja mendapatkan seperti apa yang dia dapatkan.

"Yang saya lakukan teman teman bisa lakukan, tinggal bagaimana teman semua untuk bisa komitmen bekerja mendapatkan seperti apa saya dapatkan," pungkasnya.

Sementara itu, Penanggung Jawab Kuliah Tamu H Febrianto Syam mengatakan tujuan dari kegiatan tersebut berkaitan dengan mata kuliah yang diampu yakni sistem kepartaian dan perwakilan.

"Tujuan pertama yaitu terkait dengan mata kuliah, ada kaitanya dengan mata kuliah yang diampu di mana mata kuliah sistem kepartaian dan perwakilan," katanya.

Di ruang kuliah, kata alumnus Universitas Indonesia itu sering sekali memberikan teori, akan tetapi kata dia praktiknya kurang sehingga mendatangkan legislator yang paham prakteknya.

"Kami sudah memberikan banyak  pandangan sedangkan dalam segi praktisnya mahasiswa membutuhkan orang yang paham," bebernya.

 "Sekarang kondisi pandemi, sehingga kami merubah polanya yang biasanya kunjungan  ke DPRD Provinsi atau kota Makassar sekarang diubah memanggil anggota DPR kampus," tambahnya.

Selanjutnya terkait tema politisi milenial, mantan Sekretaris Prodi Akidah dan Filsafat Islam itu membeberkan banyak politisi milenial tidak berperan selayaknya milenial.

"Kadang banyak politisi milenial tapi tidak tidak berperan seperti selayaknya milenial apalagi kalau kita lihat data juga di Pemilu Pemilu sebelumnya," ujarnya.

Ia mengungkapkan pemilih milenial selalu menghiasi Pemilu dan Pemilihan sehingga perlu kiranya politisi milenial yang terpilih itu melihat bagaimana sebenarnya ruang-ruang politiknya di masyarakat.

"Perlu kiranya politisi milenial itu melihat bagaimana sebenarnya ruang-ruang politiknya di masyarakat, termasuk di lingkungan kampus apa lagi ini kan bertepatan dengan agenda sumpah Pemuda. Sehingga kita butuhkan cerita politisi ataukah mungkin mengungkapkan apa realitas yang mereka kerjakan selama ini," tutupnya.

 

Previous Post Diskusi Publik Soft Opening Kopi Kolektiv Bahas Demokrasi Kampus dan Koperasi Alternatif
Next Post Prestasi Internasional: Dosen Biologi UIN Alauddin Makassar memenangkan kompetisi riset di Inggris