UIN Online - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Sains dan Teknologi (Saintek) cabang Gowa Raya menggelar launching dan bedah buku karya Eko Prasetyo Bergeraklah Mahasiswa. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Auditorium UIN Alauddin Makassar. Rabu (18/10/2017)
Kegiatan yang mengusung tema Cerdas, Inovatif, Kreatif, dan Progresif ini menghadirkan pemateri diantaranya, Penulis Buku Eko Prasetyo, Analis Politik Arqam Azikin dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr Nur Syamsiah MPdI.
Ketua Panitia, Wahyu Zulkarnain mengatakan, penerbitan sebuah buku pergerakan mahasiswa ini menggambarkan betapa lesunya pergerakan mahasiswa yang memunculkan kekhawatiran.
Kegiatan ini untuk membaca kegelisahan kondisi mahasiswa sebagai penerus bangsa yang pada umumnya hari ini mahasiswa pragmatis dan tidak terlibat langsung dengan problematika yang ada, ucapnya.
Ia berharap, dengan adanya buku mahasiswa dengan pergerakannya ini sebagai pemantik bagi mahasiswa dan tercerahkan oleh narasumber.
Demosioner HMI Komisariat Saintek, Agung Purbalatou menuturkan, suara-suara mahasiswa tidak bisa dibungkam. Menurutnya, mahasiswa yang memiliki jiwa-jiwa kritis dan mempunyai inisiasi itulah perjuangan yang hakiki.
Eks aktivis mahasiswa sekaligus penulis buku, Eko Prasetyo mengatakan bahwa semakin megah suatu universitas maka semakin mahal pula biaya pendidikannya. Padahal, ia berpandangan bahwa kecerdasan itu tidak identik dengan kemegahan.
Analis politik sekaligus eks aktivis mahasiswa, Arqam Azikin menuturkan bahwa proses kaderisasi yang matang bukannya hanya diisi dengan pidato-pidato saat penyambutan maba tetapi menurutnya, rekonstruksi mental itu diperlukan mahasiswa dimulai dengan penyambutan ala mahasiswa.
Arqam menegaskan, mahasiswa melakukan perjuangan melawan diktator di luar kampus terlebih lagi dalam kampus. Saat ini mahasiswa perlu melakukan perjuangan dengan gerakan rekonstruksi pengkaderan yang dipadukan antara organisasi internal dan eksternal, aku Arqam.
Tambahnya, pergerakan mahasiswa adalah solidaritas dimulai dengan penerimaan mahasiswa baru karena saat itulah mahasiswa masih dapat didoktrin dan perlawanan itu perlu metodologi.