Gambar Di Singapura, Alumni UINAM Ini Bahas Hubungan Manusia-Hewan dalam Ritual Penyembuhan Masyarakat Adat

Di Singapura, Alumni UINAM Ini Bahas Hubungan Manusia-Hewan dalam Ritual Penyembuhan Masyarakat Adat

UIN Alauddin Online - 

Andi Alfian, S.Ag. M.A. (Cand), Alumni Program Studi (Prodi) Akidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Alauddin Makassar, menjadi pembicara di Konferensi Internasional di Singapura.

Kandidat Magister di Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), Universitas Gadjah Mada itu membahas hasil penelitiannya bertajuk "Memikirkan Ulang Hubungan Manusia dan Hewan: Penggunaan Hewan dalam Ritual Penyembuhan di Masyarakat Adat di Sulawesi Selatan".

Konferensi internasional yang diikuti oleh Andi Alfian itu diselenggarakan Asia Research Institute (ARI) National University of Singapore, pada Kamis sampai Jumat, 11-12 Mei 2023.

Andi Alfian menjelaskan bahwa masyarakat adat yang diteliti dan dipresentasikan di Konferensi Internasional itu adalah adalah masyarakat adat Bara dan Cindakko yang ada di Maros dan masyarakat adat Tobalo di Barru.

Menurutnya, penelitian itu terinspirasi dari banyak masyarakat adat di Sulawesi Selatan yang menggunakan hewan dalam ritual penyembuhan. 

"Mereka menggunakan hewan dalam ritual penyembuhan dengan berbagai cara. Beberapa komunitas adat, misalnya, mengorbankan hewan sebagai rangkaian ritual penyembuhan penyakit, seperti yang dilakukan oleh komunitas adat Cindakko," ujarnya. 

"Beberapa komunitas adat lainnya melakukan ritual penyembuhan penyakit dengan cara melepaskan hewan jenis tertentu ke dalam hutan sebagai bentuk ritual penyembuhan penyakit, seperti pada komunitas adat Bara," sambungnya.

Selain itu, lanjut Andi Alfian, ada masyarakat adat yang percaya bahwa manusia dan hewan adalah bersaudara, karena hewan adalah saudara kandung dari manusia, maka mereka (manusia) akan sakit jika menyakiti hewan, seperti pada masyarakat adat Tobalo.

Sayangnya, kata pendiri Sekolah Anak Muda (@sekolahanakmuda) itu, sejak hadirnya paradigma akademis modern yang bertujuan untuk menjelaskan praktik-praktik keagamaan secara rasional, praktik ini dianggap tidak rasional dan tidak ilmiah.

"Praktik religius, relasi manusia-hewan dalam masyarakat adat mulai pudar, terutama ketika dilihat dari perspektif modern-barat, salah satunya lewat paradigma agama dunia yang memisahkan antara sains dan agama, antara budaya dan alam," jelasnya lagi.
  
Dari hasil penelitian itu, Andi Alfian menemukan bahwa masyarakat adat memperlakukan hewan berdasar pada pronsip relasi "inter-subjektivitas". Pronsip ini dapat digunakan untuk mendekolonisasi relasi manusia dan hewan, termasuk dalam konteks ini penyembuhan, yang cenderung mengeksploitasi hewan semata-mata sebagai objek.

Previous Post Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Raih Akreditasi A dari Perpusnas RI
Next Post Kabar Duka! Dosen FTK UIN Alauddin Makassar, Muhammad Rusydi Wafat