Gambar Prof Hafsan, Prof Suhufi dan Prof Barsihannor Resmi DIkukuhkan Sebagai Guru Besar UIN Alauddin

Prof Hafsan, Prof Suhufi dan Prof Barsihannor Resmi DIkukuhkan Sebagai Guru Besar UIN Alauddin

UIN Alauddin Online - Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kembali mengadakan Sidang Senat Terbuka Luar Biasa di Auditorium Kampus II UIN, Selasa 28 Mei 2024.  


Sidang senat kali ini pengukuhan 3 Guru Besar, mereka adalah Prof Dr Hafsan dalam bidang Ilmu Biologi, Prof Dr Muhammad Shuhufi dalam bidang Ilmu Perbandingan Mazhab dan Prof Dr Barsihannor dalam bidang Ilmu Filsafat Islam. 

Prof Dr Barsihannor menyampaikan pidaro bertajuk ERA DISRUPSI DAN SURGA PARADOKSAL Epistemologi Islam dalam Menghadapi Perubahan Zaman.

Kemudian Prof Dr Muhammad Shuhufi, pidatonya berjudul Fenomena Post Truth dan Upaya Kontekstualisasi Fikih Islam.

Sementara  Prof Dr Hafsan pidatonya berjudul Optimalisasi Kesehatan Pencernaan dan Imunitas Sengan Suplementasi Enzim Fitase dari Bakteri Sebuah Penelusuran Metagenomik, Merfometrik dan Serelogis

Prof Hamdan Juhannis dalam sambutannya menilai bahwa pengukuhan guru besar ini adalah yang terdahsyat.

Selain karena dihadiri Pj Gubernur, kata Prof Hamdan Juhannis juga dari pidato pengukuhan para guru besar. Ia menyebutnya kombinasi pidato yang paripurna. 

"Saya merasa ini pengukuhan yang terdahsyat. Kalau di bangsa ini kita mengenal secara umum istilah akulturasi budaya, di UIN Alauddin ini, dengan pidato tiga guru besar tadi, lahirlah istilah akulturasi keilmuan. Ada guru besar biologi, filsafat, dan perbandingan mazhab," ucap Prof Hamdan. 

Sementara Prof Shuhufi menurut Rektor adalah sosok yang sangat profesional. Secara khusus Rektor menyoroti pandangan Prof Shuhufi tentang post-truth-nya. 

"Kondisi pembentukan kebenaran yang tidak memiliki keilmuan yang disebut post-truth. Post-truth adalah kebenaran yang hanya mendasarkan pada viralisasi.  Apa yang viral, itulah yang benar, tapi tidak ada metodologi keilmuan yang sampai pada judgement kebenaran," kata Rektor dua periode itu 

"Fikhi yang berkaitan dengan praktik ibadah keseharian yang sering didominasi emosi keyakinan, sangat gampang dirasuki dengan kebenaran post-truth," sambung Rektor. 

Kepada ketiga guru besar, Rektor berpesan tentang efisiensi waktu. Ia meminta ketiganya agar tidak membuang waktu pada hal-hal seperti membuktikan diri jika benar atau berpura-pura benar jika salah. 

"Para guru besar, jika Anda bersedih, jangan membuang waktu untuk meratapinya, meratapi kegelapan. Camkan, gemerlap bintang di langit justru bisa terlihat. Kita sewaktu-waktu membutuhkan kegelapan," pesan Rektor. 

Menurut Rektor, hidup juga terlalu singkat untuk memelihara negetivisme. Ia mengajak para guru besar dan hadirin agar membudayakan positivisme dalam menyikapi kehidupan. 

"Contoh positivitas, jika Anda sudah loyo dan menurunnya tingkat vitalitas diri, camkan, air dingin yang ada di panci juga sudah pernah mendidih. Itu positivitas," ungkap Penulis Buku Melawan Takdir itu.

Pengukuhan kali ini dihadiri beberapa tokoh dan pejabat.  Mulai dari Pj Gubernur Sulsel Prof Zudan Arif Fakrulloh, Asisten Pidana Militer Kejati Sulsel Asri Arief, juga Ketua MUI  Kota Makassar Makassar AGH Baharuddin HS. 

Hadir pula Ketua MUI Bali KH Masrur Makmur Latanro, Prof Abd Gani mantan wakil Rektor UMI pada masanya, pengusaha Gowa Andi Kasmat Karaeng Selle, hingga mantan Ketua KPU Sulsel Mappinawang.

Previous Post Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin Bahas Literasi Digital pada Pengabdian Masyarakat di SMK Pratin
Next Post Tim Akuntansi UIN Alauddin Makassar Raih Juara 1 dan 3 pada DIGIBIZ Business Plan Competition