Gambar Ketika Kampus Jadi Rumah Kedua

Ketika Kampus Jadi Rumah Kedua

Libur telah tiba, libur telah tiba Hore, Hore, Hore Simpanlah tas dan bukumu Lupakan keluh kesahmu Libur telah tiba, libur telah tiba Hatiku gembira! Demikianlah lirik lagu yang ngetrend ketika dinyanyikan Shafa Tasya Kamila. Dan sejalan dengan musim libur, tentu saja perasaan suka dan senang dialami oleh semua orang yang berlibur. Tidak terkecuali mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Ya, mereka kini telah memasuki masa libur semester genap, sebelum memasuki masa tahun ajaran baru. Hanya saja, jangan kaget jika Anda jalan-jalan ke Kampus II UIN Alauddin Samata, Gowa. Meski musim libur, tetap saja ada aktivitas mahasiswa yang masih disibukkan dengan perkuliahan. Mau tahu, coba Anda berjalan di koridor gedung fakultas ilmu kesehatan (FIK). Khususnya di jurusan farmasi. Maka jangan kaget, nyaris semua mahasiswanya tidak libur. Saat mahasiswa prodi lain asyik dengan pulang kampung, pergi wisata, atau tinggal di rumah untuk bermalas-malasan, mahasiswa farmasi justru sebaliknya. Mereka sudah siap dengan jas praktikumnya dan berbaris di depan meja laboratorium untuk diabsen. Tidak hanya di pagi hari atau siang hari, aktivitas seperti itu terjadi. Bahkan sampai malam hari masih ada mahasiswa farmasi kelayapan di dalam gedung laboratorium. Bisa dipastikan, penghuni terakhir FIK adalah mahasiswa farmasi. Atau malah mungkin dari seluruh mahasiswa di UIN. "Sudah seperti itu setiap semesternya. Kami merasa tidak ada waktu bagi kami untuk berlibur. Justru bagi saya pribadi, masuk laboratorium ini rasanya seperti liburan," kata Dian Angraeni, salah seorang Farmasi. Karena aktivitas itu, tidak asal lagi, kampus adalah rumah kedua bagi mereka. Bahkan ada juga yang menganggapnya sebagai rumah utama. Ini saking jarangnya mereka meninggalkan lab. Lantas apakah mereka tidak merasa aneh? "sama sekali tidak. Kesibukan yang sampai menyita waktu libur kami ini sudah menjadi kebiasaan. Bahkan menjadi aneh jika kami tidak ke kampus," tambah Ahmad, mahasiswa semester akhir. Buat Tugas Pendahuluan Bagi Ahmad, dan mungkin juga mahasiswa farmasi lainnya, rutinitas masuk lab saat libur sudah menjadi biasa. Bahkan banyak suka duka yang dirasakannya. Seperti membuat tugas pendahuluan (TP) yang merupakan salah satu syarat praktikan bisa mengikuti praktikum. Menurut Ahmad, membuat TP adalah sebuah keharusan. "Setelah memiliki TP bukan berarti sudah boleh mengikuti praktikum. Sebelumnya Anda harus lolos respon, baik respon pintu yakni ujian lisan ataupun respon tertulis yang sering dilakukan secara mendadak," ujarnya. Proses itu pun baru awal sebuah praktikum. Sebab, setelah mengikuti kegiatan praktikum, mereka berkewajiban menulis laporan hasil praktikum yang wajib diperiksakan kepada asisten. "Sudah tentu, Jika tidak mengumpulkan laporan pada waktu yang telah ditentukan, jangan harap laporan Anda akan diperiksa," imbuhnya. Mengumpulkan laporan tepat waktu berarti melewati satu level aman bagi seorang praktikan. setelah itu, seorang praktikan harus mengambil laporannya yang telah dikoreksi asisten pembimbing. "Selanjutnya kami memperbaiki laporan dan kembali buras (buru asisten) untuk memeriksakan kembali laporan sampai di-ACC," jelasnya. Satu dalam Kebersamaan Dengan aktivitas seabreg tanpa libur tersebut, rasa kebersamaan mahasiswa jurusan farmasi pun muncul. Hingga lahirlah sebuah istilah 'Aku, kamu adalah kita yang menyatu dalam kebersamaan'. Kebersamaan dan rasa kekeluargaan merupakan hal yang diutamakan bagi mahasiswa farmasi. Hal ini wajib mereka utamakan karena aktivitasnya di dunia farmasi mewajibkannya menjunjung tinggi kebersamaan. "Setumpuk tugas dan segudang aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang ahli farmasi, tak jarang membutuhkan orang lain untuk membantunya. Disinilah perlunya kebersamaan," jelas ketua jurusan farmasi Gemy Nastity Handayani SSi MSi Apt. Karena itu jangan heran, mahasiswa farmasi sudah menyatu sudah layaknya keluarga. Bahkan hal tersebut terbawa sampai ke luar kampus. Contoh kecil, mereka bisa bersama saat makan, jalan-jalan, nonton, hingga belanja. Sudah Terakreditasi Aktivitas praktikum tanpa lelah itu kini semakin terasa membanggakan. Pasalnya, seminggu terakhir, jurusan yang telah lima tahun berdiri ini memperoleh pengakuan berupa akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). "Dengan adanya akreditasi, berarti Farmasi UIN Alauddin tak lagi diragukan, karena telah memperoleh pengakuan secara nasional," kata Gemy Nastity. Akreditasi tersebut sekaligus menjawab kabar burung yang sebelumnya santer beredar, bahwa alumni Farmasi UIN tidak dapat melanjutkan studi strata dua (S2) di kampus lain. "Ini pengakuan bagi kami bahwa farmasi telah sah keberadaannya. Dan sekarang ini jurusan farmasi memiliki 440 mahasiswa dengan jumlah alumni 32 orang," pungkas Gemy penuh bangga. (widyawati/uin online)
Previous Post Riset Peternakan Sapi di Bulukumba, WR III UIN Alauddin Makassar dan Tim Dapat Dana Hibah Rp 5 M
Next Post Dua Tim Dosen UIN Alauddin Makassar Lolos Pendanaan Riset, Dapat Rp10 M