Gambar Gelar Seminar Nasional, Prodi Manajemen UIN Makassar Bahas Aspek Halal Saham Syariah  UIN Alauddin O

Gelar Seminar Nasional, Prodi Manajemen UIN Makassar Bahas Aspek Halal Saham Syariah UIN Alauddin O

UIN Alauddin Online - Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) kerjasama Galeri Investasi Syariah UIN Alauddin Makassar mengadakan Seminar Nasional.

Kegiatan tersebut membahas Aspek Halal Saham Syariah.

Acara ini dilaksanakan di Ruang Rapat Senat, Lantai IV gedung Rektorat, Kampus II UIN, Kamis 27 Oktober 2022.

Seminar ini diawali dengan sambutan Ketua Galeri Investasi Syariah UIN Alauddin, Farild Mifhta MM.  

Selanjutnya, sambutan Wakil Dekan III FEBI, Dr HJ Rahmawati Muin S Ag M Ag sekaligus membuka kegiatan tersebut.

Dalam Seminar itu, di pimpin Ketua Jurusan Manajemen FEBI, Dr Hj Rika Dwi Ayu Parmitasari M Comm.

Narasumber pertama adalah Kepala Divisi  Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia, Irwan Abdalloh. 

Irwan Abdullah menjelaskan mengenai Milestones Saham Syariah, likuiditas saham, dan juga indeks saham. 

“Milestone Syariah selalu dipicu oleh saham bukan produk. Oleh karenanya penting kita memahami indeks sebab kunci,' paparnya.

"Saham adalah indeks dan kita butuh saham yang likuid dalam artian saham yang gampang dibeli dan gampang dijual,” sambung Penulis buku Kaya Harta Kaya Amal ini.

Narasumber kedua, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Dr Yulizar Djamaludin Sanrego. 

Dia menyampaikan masyarakat perlu memahami dalil atau kaidah lebih awal terkait halal haramnya  investasi saham. 

"Pada dasarnya  Fiqih Mu’amalah  terdiri dari dua bentuk ibadah yaitu Ibadah mahdah  bersipat tetap  tidak bisa dirubah misalkan shalat subuh. dan ibadah muamalah bersifat elastis kaitannya inovasi," tuturnya. 

Senada dengan itu, Kepala Sub Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, Meilthon Purba mengimbau masyarakat perlu berhati hati dalam berinvestasi.

"Berhati-hatilah dalam berinvestasi jagan sampai terjebak dalam investasi bodong," jelasnya.

"Harus dianalisis terlebih dahulu karena investasi bodong tidak mengenal ras, suku dan agama, mengingat perilaku orang Indonesia  mudah termakan rayuan atau iming-iming bunga yang tinggi," tegasnya.

Setelah pemaparan materi dari ketiga narasumber dilanjutkan dengan sesi tanya jawab lalu diakhiri dengan penyerahan cendramata sekaligus sesi foto bersama.

Previous Post Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin Bahas Literasi Digital pada Pengabdian Masyarakat di SMK Pratin
Next Post Tim Akuntansi UIN Alauddin Makassar Raih Juara 1 dan 3 pada DIGIBIZ Business Plan Competition