Gambar Alasan Pendiri IAIN Memilih Tokoh Sultan Alauddin pada Nama UIN

Alasan Pendiri IAIN Memilih Tokoh Sultan Alauddin pada Nama UIN

UIN Online - Gagasan mendirikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Makassar muncul setelah berdirinya IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada tahun 1962, cabang IAIN dibuka di Makassar, dengan status sebagai cabang filial IAIN Yogyakarta yang sebelumnya merupakan fakultas-fakultas agama Universitas Muslim Indonesia (UMI).

Tanggal berdirinya IAIN terkait dengan nuansa kepahlawanan, karena peresmiannya di Makassar sebagai cabang IAIN Yogyakarta, bertepatan dengan hari pahlawan 10 Nopember 1962. Pada perkembangannya terdapat gagasan untuk mendirikan IAIN tersendiri di Makassar.

Pemikiran ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat dan pihak terkait lainnya. Tiga tahun kemudian dan sekali lagi dengan nuansa kepahlawanan, 10 November 1965, IAIN secara resmi berdiri sendiri dengan nama IAIN Alauddin Makassar.

"Alauddin" yang menjadi nama IAIN yang diusulkan adalah gelar Raja Gowa XIV (1593 - 1639) I Mangngerangi Daeng Manrabbia, kakek Sultan Hasanuddin, raja Gowa XVI. Setelah meninggal diberi gelar Tumenanga ri Gaukanna (yang mangkat dalam kebesaran kekuasaannya) atau Tumenanga ri agamana (yang mangkat dalam agamanya).

Karena ia adalah raja Gowa pertama yang menerima Islam sebagai agama kerajaan, maka kepadanya diberi gelar "Sultan Alauddin". Nama "Alauddin" bagi IAIN di Makassar mula pertama dicetuskan para pendiri IAIN di daerah ini. Diantaranya Andi Pangerang Petta Rani. Sampai saat itu, IAIN di beberapa provinsi yang berdiri sendiri mengambil nama-nama tokoh penyebar Islam di daerah mereka.

Sultan Alauddin yang diusulkan untuk diabadikan namanya sebagai nama IAIN di Makassar, selain karena ia adalah raja Gowa pertama menerima Islam, juga memiliki andil yang besar dalam penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dan dikawasan Indonesia bagian timur.

Dengan demikian penamaan ini mengandung harapan peningkatan kejayaan Islam di masa mendatang di Sulawesi Selatan pada khususnya dan di Indonesia bagian timur pada umumnya.

Kini IAIN berubah nama menjadi UIN Alauddin di tahun 2005 dan telah berusia 45 tahun. Empat puluh tahun menjadi IAIN dan lima tahun dijalaninya sebagai UIN Alauddin di tahun 2010.
Previous Post Andi Muhammad Syafar, Dosen UINAM Tekankan Pentingnya Literasi IT Berbasis Medsos di Tengah Gempuran
Next Post Kenalkan Perpustakaan ke Maba, Dr. Andi Ibrahim Tegaskan Gerbang Sukses Akademik Mahasiswa