Gambar Aksara Lontara Bugis Naita di Iskandariah

Aksara Lontara Bugis Naita di Iskandariah

ASSALAMU Alaikum. Pagi nan cerah di Iskandariah, kami keluar dari Hilton Green Palace Alexandria. Agenda kami adalah mengunjungi Benteng Quaid Bay di kawasan teluk Iskandariah yang dulunya ada di pulau kecil bernama Pulau Barus.

Pada kunjungan ini kami memperoleh cerita, asal mulanya benteng ini hanya sebuah menara mercusuar sebagai petunjuk arah bagi para pelaut yang ingin berlabuh di Iskandariah. Namun karena pandangan lain Maharaja Mesir bernama Quaiad, maka lahir kebijakan baru.

Menurut penilaian sang Maharaja Mesir itu, tempat ini dinilai sangat strategis menghadapi serangan yang datangnya dari luar melalui jalur laut. "Barang siapa yang dapat mengontrol/ menguasai pulau, maka ia akan dapat menguasai Mesir" demikian ungkapan pada masa itu..

Karenan itu, Maharaja pun berinisiatif membangun benteng pertahanan Mesir yang menjorok ke laut. Ini untuk menghalang musuh-musuh kerajaan mesir yang ingin memasuki Mesir dan menjajah Mesir. Berbagai legenda menyertai kehadiran benteng Quaiad ini.

Dari benteng kami menuju komplek Masjid al-Mursi Ibn Abi Abbas dan muridnya Imam al-Qusyairy. Pada komplek mesjid ini terdiri atas 3 bangunan berkubah besar dan banyak. Konon ketika ulama tersebut masih hidup, masing-masing memberikan pengajian di bangunan masjidnya: masjid induk dan bangunan tersendiri khusus bagi perempuan, masjid Imam al-Qusyairy masjid tersendiri.

Interior dan hiasan masjid tersebut sangat indah dan antik. Relief-relief, hiasan tiang-tiangnya berukir indah ditambah lampu-lampu raksasa tergantung kokoh dalam ruang utama masjid.

Di depan halaman kompleks masjid berseberangan dengan penjual buah-buahan Mesir yang masih segar. Sehingga pada pukul 11.00 siang waktu Mesirm, merupakan waktu paling pas minum jus mangga segar dengan harga kaki lima.

Dari masjid kami lanjutkan ke Perpustakaan Iskandariah yang bangunannya menghadap ke laut Tengah. Bangunan berlantai 6 dibuat berdasarkan filosofi Mesir kuno mulai dari tiang, dinding, bentuk atap, dan dinding luarnya yang meniru susunan batu pyramid. Bangunan menggunakan batu-batu granit dari Aswan.

Yang unik dari batu-batu dinding perpustakaan ini adalah lebih dari 2000 buah yang bertuliskan aksara dari hampir semua bahasa di dunia. Kami kagum atas pemandangan tersebut, tiba-tiba mata tertuju ke salah satu batu dengan aksara Lontara Bugis berbunyi naita.

Dalam perpustakaan terdapat bahan bacaan dari berbagai ilmu termasuk di dalamnya ilmu Mesir Kuno yang diberi nama "Egyptologi yang berarti ilmu tentang Mesir Kuno" yang ditemukan pada tahun 3150 sebelum Masehi. Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai ruangan pamer yg mirip museum, ruangan khusus tentang masalah mummi.

Ada lantai khusus untuk anak anak bawah usia7 tahun, dst. Disiapkan juga ruangan an fasilitas khusus bagi orang buta dengan huruf braille. Perpustakaan ini menggunakan lebih dari 360 komputer mulai dari komputer biasa sampai komputer yang super canggih yg dapat mengakses seluruh kegiatan perpustakaan di seluruh dunia.

Petugas pemandu wisata dari perpustakaan ini memberikan jalur akses bagi siapa saja yang ingin membuka jendela ilmu di Perpustakaan Alexandria, hubungi www.bibalex.org.

Ketika pukul menunjuk angka 14.25 waktu Iskandariah, kami tinggalkan kota kenangan tersebut diiringi ucapan semoga ketemu lagi pada kesempatan lainnya. Juga dibarengi lambaian tangan monumen Muhammad Ali Pasha. (*)

Previous Post 5.612 Maba UIN Makassar Ikut PBAK di Masjid Agung Sultan Alauddin
Next Post Mahasiswa KKN UIN Alauddin Bangun Desa Berbasis Nilai Islami