UIN Alauddin Online — Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melalui Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) secara resmi mengukuhkan sebanyak 1.012 orang lulusan Program Profesi Guru (PPG) Batch II tahun 2024 sebagai Guru Profesional, Selasa 22 April 2025.
Pengukuhan ini digelar secara hybrid, yakni luring di Hotel Claro Makassar dan daring melalui Zoom Meeting. Hadir dalam acara ini, Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Prof. Dr. Andi Aderus, Lc., M.A. yang mewakili Rektor UIN Alauddin Makassar. Ia didampingi oleh Kepala Biro AAKK, Kaswad Sartono, serta Dekan FTK, Dr. Andi Aderus, Lc., M.Pd.
Dalam sambutannya, Dekan FTK Dr. Andi Achru menekankan pentingnya para guru profesional untuk terus menjaga kompetensi melalui pelatihan berkelanjutan.
“Mencapai gelar Gr itu berat, tetapi mempertahankannya jauh lebih berat. Kanwil dan Kasi Kemenag harus minimal dua tahun sekali mengadakan pelatihan agar guru tetap kompeten,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa menjadi guru bukan sekadar menjalankan tugas formal, melainkan tanggung jawab yang melekat 24 jam sehari.
“Guru itu tidak hanya bekerja sesuai jam sekolah. Ujian sebenarnya justru datang setelah jam pelajaran selesai. Karena yang kita hadapi adalah manusia, dan setiap individu berbeda,” tambahnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Andi Aderus, selaku Wakil Rektor II, mengingatkan tentang tantangan zaman yang semakin kompleks, terutama dengan hadirnya kecerdasan buatan (AI).
Menurutnya, jika guru tidak mengembangkan diri, maka bisa jadi peserta didik akan lebih cepat mengakses informasi dan pemahaman melalui teknologi yang tersedia.
“Anak-anak kita hari ini punya banyak ‘guru’ dari berbagai sumber digital. Tapi ada satu hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi, yaitu penanaman karakter dan nilai,” tegasnya.
Ia menyoroti bahwa peran guru PAI (Pendidikan Agama Islam) sangat strategis dalam membentuk karakter anak didik, terlebih dalam konteks nilai-nilai lokal khas Indonesia Timur, khususnya Bugis-Makassar.
“Kita punya nilai seperti getteng (keteguhan hati) dan lempu (kejujuran). Nilai-nilai ini tak bisa diajarkan oleh AI, tapi bisa ditanamkan oleh guru yang berkarakter,” jelasnya.
Acara pengukuhan ini menjadi momentum penting dalam meneguhkan kembali peran guru sebagai agen transformasi pendidikan, bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga pendidik yang membentuk karakter bangsa.