UIN Alauddin Online – Pusat Kajian Islam, Sains, dan Teknologi (Pukaistek) di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Alauddin Makassar menyelenggarakan Workshop Nasional di Hotel Sultan Alauddin, Kota Makassar, pada Rabu sampai Kamis, 6 - 7 November 2024.
Workshop ini menjadi momentum penting bagi akademisi dan pemangku kepentingan pendidikan tinggi untuk memperkuat integrasi antara keilmuan Islam dengan Sains dan Teknologi melalui pendekatan Moderasi Beragama dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Acara tersebut dihadiri oleh Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Zainul Hamdin, M.Ag, dan Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Zulfahmi, M.Ag, sebagai narasumber utama. Kehadiran para akademisi dan ahli lintas bidang memperkaya diskusi tentang panduan implementasi integrasi keilmuan yang relevan dengan tantangan kontemporer di dunia pendidikan.
Ketua LP2M, Prof. Dr. Rosmini Amin, M.Th.I, mengungkapkan bahwa sebelum mengadakan workshop ini, Pukaistek telah melakukan serangkaian Focus Group Discussion (FGD) atau safari ilmiah di delapan fakultas di UIN Alauddin Makassar. Kegiatan safari ilmiah ini bertujuan untuk menjembatani beragam disiplin ilmu di setiap fakultas sehingga terjadi kajian yang khas sesuai karakteristik masing-masing.
“Workshop ini menjadi puncak dari perbincangan panjang kita dalam safari integrasi keilmuan yang telah dilaksanakan. Semoga ruang kolaboratif ini bisa menjadi wadah berbagi wawasan, pengalaman, serta strategi untuk benar-benar mengoperasionalkan kajian integrasi di UIN Alauddin Makassar,” ujar Prof. Rosmini.
Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Hamdan Juhannis, dalam sambutannya, menekankan bahwa integrasi sains dan teknologi dengan ilmu keislaman adalah proyek panjang yang tidak pernah selesai. Ia menggunakan istilah transintelektual untuk menggambarkan konsep integrasi lintas disiplin ini.
Dalam pandangannya, UIN Alauddin kata Prof Hamdan Juhannis adalah kereta cepat dengan gerbong Islam, sains, dan teknologi yang saling terhubung dengan pendekatan multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner.
"Ada yang menarik dalam konsep ini, yakni kehadiran 'gerbong pelindung' yang kami istilahkan sebagai ‘kabus’. Kabus ini berfungsi sebagai pengapung, peredam, dan pelindung untuk mempersiapkan perjalanan menuju tujuan yang kita sebut sebagai stasiun transintelektualitas," ungkap Prof. Hamdan.
Guru Besar Sosiologi ini melanjutkan, dari Seminar ini, pihaknya berharap muncul panduan yang mampu memperkuat spirit untuk membawa gerbong UIN Alauddin Makassar menjadi institusi yang menciptakan sosok transintelektual, yakni individu yang mampu menghubungkan dunia nyata dan dunia maya dengan tetap menyampaikan gagasan-gagasannya secara kreatif dan efektif seperti Prof Inung.
Ketua Pukaistek UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Supardin M. Hi, juga menambahkan bahwa workshop ini diharapkan menjadi wadah yang efektif dalam merumuskan pedoman integrasi keilmuan yang kontekstual dan relevan untuk UIN Alauddin Makassar. Menurutnya, semangat moderasi beragama yang diusung sebagai landasan kajian diharapkan menjadi pondasi yang kokoh dalam proses integrasi ini.