UIN Alauddin Online - Rangkaian kegiatan The 3rd International Conference on Islamic Studies (ICOSIS) 2025 yang diselenggarakan Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dilanjutkan dengan Plenary Session yang menghadirkan sejumlah narasumber internasional dari berbagai negara. Plenary Session ini menjadi forum utama diskursus akademik yang mengkaji epistemologi, ekoteologi, dan kecerdasan buatan dalam perspektif Islam.
Plenary Session ICOSIS 2025 dibagi ke dalam dua sesi utama yang menghadirkan pakar dari berbagai disiplin keilmuan dan latar belakang institusi internasional.
Plenary Session I dimoderatori oleh Prof. Dr. Rika Parmitasari, S.E., M.Comm. dan menghadirkan tiga narasumber, yakni Prof. Dr. Akram M. Zeki dari International Islamic University Malaysia, Michael Wollrath, M.Sc. dari Martin Luther University Halle-Wittenberg, Jerman, serta Prof. Dr. Hasyim Haddade, M.Ag., Wakil Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Akram M. Zeki menekankan pentingnya integrasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dengan ilmu-ilmu keislaman dan pendidikan. Ia menjelaskan bahwa AI harus diposisikan sebagai alat (tool) yang dimanfaatkan secara etis untuk kepentingan pendidikan, dakwah, dan pengembangan pengetahuan, bukan sebagai pengganti peran manusia. Menurutnya, Islam memiliki landasan normatif yang kuat dalam merespons dan memanfaatkan perkembangan teknologi demi kemaslahatan umat.
Sementara itu, Michael Wollrath, M.Sc. membawakan materi berjudul “Mengetahui versus Memberi Nilai: Epistemologi Mesin dan Krisis Makna Ekologis.” Ia mengulas perbedaan mendasar antara kemampuan mesin dalam memproses dan mengetahui data dengan kapasitas manusia dalam memberi nilai, makna, serta pertimbangan etis. Ketimpangan antara pengetahuan berbasis mesin dan nilai kemanusiaan ini, menurutnya, berpotensi memperdalam krisis makna ekologis jika tidak diimbangi dengan refleksi etis.
Adapun Prof. Dr. Hasyim Haddade, M.Ag. menyampaikan materi “Ekoteologi dalam Perspektif Al-Qur’an dan Relevansinya terhadap Krisis Ekologis Kontemporer.” Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an telah meletakkan fondasi teologis yang kuat terkait relasi manusia dan alam semesta melalui konsep khalifah dan amanah. Krisis ekologis yang terjadi saat ini dinilainya tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mencerminkan krisis etika dan spiritual.
Plenary Session II dimoderatori oleh Dr. Serliah Nur, S.Pd., M.Hum., M.Ed., Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris UIN Alauddin Makassar. Sesi ini menghadirkan tiga narasumber internasional, yakni Prof. Dr. Ayman Shihadeh dari SOAS University of London, Inggris, Dr. Hassan Shakeel Shah dari University of Management and Technology, Lahore, Pakistan, serta Dr. Nizam bin Baharom dari Universiti Sains Islam Malaysia.
Dr. Nizam bin Baharom mempresentasikan makalah berjudul “Nikotin dan Epidemi Vape: Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dan Etika Islam untuk Pencegahan dan Pengendalian.” Ia membahas meningkatnya penggunaan rokok elektrik (vape) sebagai persoalan kesehatan global yang memerlukan pendekatan multidisipliner. Menurutnya, pemanfaatan AI dapat digunakan dalam deteksi pola penggunaan, pencegahan dini, dan pengendalian dampak kesehatan, yang kemudian diperkuat dengan prinsip-prinsip etika Islam.
Sementara itu, Dr. Hassan Shakeel Shah bersama Syeda Adan Batool menyampaikan presentasi berjudul “Integrasi Tradisi Intelektual Islam, Tanggung Jawab Lingkungan, dan Kecerdasan Buatan: Pakistan sebagai Studi Kasus Analitis dalam Merancang Peradaban Masa Depan yang Berkelanjutan.” Keduanya mengkaji bagaimana khazanah intelektual Islam dapat dipadukan dengan teknologi kecerdasan buatan untuk merespons tantangan lingkungan kontemporer, dengan Pakistan sebagai contoh penerapan analitis dalam merancang peradaban berkelanjutan.
Selain Plenary Session, ICOSIS 2025 juga menggelar sesi oral presentation yang diikuti oleh akademisi, peneliti, dan mahasiswa dari berbagai institusi. Sesi ini dilaksanakan secara luring (offline) di lokasi konferensi serta daring (online) melalui platform Zoom Meeting, sehingga memungkinkan partisipasi ilmiah yang lebih luas dan inklusif.
Melalui rangkaian plenary session dan oral presentation ini, ICOSIS 2025 menegaskan perannya sebagai forum akademik internasional yang mendorong dialog lintas disiplin dan lintas negara, sekaligus memperkuat kontribusi Islam dalam merespons tantangan peradaban global yang semakin kompleks.
Alat AksesVisi