Gambar Angkat Epistemologi, Ekoteologi, dan AI, ICOSIS ke-3 UIN Alauddin Bahas Peradaban Berkelanjutan

Angkat Epistemologi, Ekoteologi, dan AI, ICOSIS ke-3 UIN Alauddin Bahas Peradaban Berkelanjutan

UIN Alauddin Online — Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar kembali menegaskan perannya dalam diskursus akademik global melalui penyelenggaraan The 3rd International Conference on Social and Islamic Studies (ICOSIS) yang digelar pada Senin, 15 Desember 2025. Konferensi internasional ini dilaksanakan secara luring di Mercure Hotel and Convention Makassar serta daring melalui platform virtual.

Mengusung tema “Epistemology, Ecotheology, and Artificial Intelligence: Shaping Sustainable Civilization from an Islamic Perspective”, ICOSIS 2025 menjadi forum ilmiah strategis yang mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi, dan mahasiswa dari berbagai institusi untuk membahas tantangan peradaban kontemporer dalam perspektif keilmuan sosial dan studi Islam.

Ketua Panitia ICOSIS 2025, Dr. Siti Raodah, SKM., M.Kes., dalam laporannya menyampaikan bahwa konferensi tahun ketiga ini mendapat respons yang sangat positif dengan total 138 peserta yang mengikuti kegiatan secara luring dan daring. Menurutnya, ICOSIS dirancang sebagai ruang diskusi ilmiah untuk memperkuat jejaring riset, mendorong pertukaran gagasan kritis, serta berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan masyarakat.

Direktur Program Pascasarjana (PPs) UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag., dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada seluruh peserta, khususnya mahasiswa Pascasarjana, serta panitia pelaksana yang dinilainya mampu menyelenggarakan konferensi internasional secara mandiri meskipun tanpa dukungan pendanaan universitas. Ia menegaskan bahwa tema ICOSIS 2025 mencerminkan isu-isu penting yang menghubungkan epistemologi, lingkungan, dan teknologi modern dalam kerangka nilai-nilai Islam yang berorientasi pada pembangunan peradaban berkelanjutan. Ia juga menekankan bahwa ke depan, partisipasi dalam seminar internasional seperti ICOSIS akan menjadi bagian penting dari persyaratan akademik mahasiswa Pascasarjana.

Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., yang hadir mewakili Rektor, menyampaikan apresiasi atas konsistensi Pascasarjana dalam menjaga tradisi akademik melalui penyelenggaraan seminar internasional. Menurutnya, Pascasarjana merupakan ikon dan puncak pergulatan akademik di perguruan tinggi, sehingga kegiatan ilmiah seperti seminar internasional, diskusi akademik, dan forum riset harus terus dihidupkan. Ia juga menyoroti pentingnya literasi kecerdasan buatan agar teknologi dimanfaatkan secara kritis dan bertanggung jawab tanpa mengabaikan integritas akademik.

Konferensi ini secara resmi dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag., yang menyampaikan sambutan dan pidato kunci secara daring melalui platform Zoom. Dalam sambutannya, ia menilai tema ICOSIS 2025 sangat relevan dan visioner di tengah krisis ekologi global, percepatan teknologi, serta keguncangan fondasi epistemologi manusia modern.

Menurut Prof. Arskal, dunia saat ini berada pada persimpangan peradaban yang menuntut lahirnya paradigma baru, di mana iman, etika, dan rasionalitas berjalan beriringan. Dalam konteks tersebut, universitas Islam memiliki mandat strategis untuk menghadirkan pemikiran keislaman yang solutif dan berorientasi pada keberlanjutan.

Ia menjelaskan bahwa ekoteologi memandang krisis lingkungan sebagai persoalan moral dan spiritual, bukan semata teknis, dengan konsep-konsep Islam seperti tauhid, khalifah, amanah, nizam, dan ihsan sebagai landasan etis. Sementara itu, kecerdasan buatan dipandang sebagai aktor epistemologis baru yang mengubah cara pengetahuan diproduksi, diverifikasi, dan didistribusikan, sehingga memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang nilai, moralitas, dan tanggung jawab manusia.

Prof. Arskal menegaskan bahwa meskipun ekoteologi dan kecerdasan buatan memiliki sumber pengetahuan yang berbeda—ekoteologi bersifat normatif dan berbasis wahyu, sementara kecerdasan buatan bersifat deskriptif dan prediktif—keduanya saling melengkapi. Dalam perspektif Islam, jembatan antara keduanya dibangun melalui prinsip tauhid, etika khalifah dan amanah dalam tata kelola teknologi, serta harmonisasi antara akal dan wahyu.

Selain menghadirkan pemangku kebijakan nasional, ICOSIS 2025 juga menghadirkan sejumlah narasumber internasional dari berbagai negara yang memperkaya perspektif keilmuan dalam diskusi panel dan sesi paralel. Para pembicara tersebut antara lain Prof. Dr. Akram M. Zeki dari International Islamic University Malaysia, Michael Wollrath, M.Sc. dari Martin Luther University Halle-Wittenberg, Jerman, Prof. Dr. Ayman Shihadeh dari SOAS University of London, Inggris, Dr. Hassan Shakeel Shah, Ph.D. dari University of Management and Technology Lahore, Pakistan, serta Dr. Nizam bin Baharom dari Universiti Sains Islam Malaysia.

Kehadiran para narasumber internasional ini menegaskan posisi ICOSIS sebagai forum akademik global yang mendorong dialog lintas negara dan lintas disiplin dalam pengembangan kajian sosial dan keislaman yang responsif terhadap isu-isu global.

Penyelenggaraan ICOSIS ke-3 ini menegaskan komitmen UIN Alauddin Makassar dalam mengembangkan tradisi akademik yang unggul, inklusif, dan berdaya saing global, serta memperkuat kontribusi keilmuan Islam dalam menjawab tantangan sosial, ekologis, dan teknologi menuju peradaban yang berkelanjutan.

Previous Post Rumah Sakit UIN Alauddin Raih Akreditasi Paripurna dari LAM-KPRS
Next Post UIN Alauddin Makassar Diganjar Predikat Informatif pada Anugrah Keterbukaan Informasi Publik 2025