UIN Alauddin Online – Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar mengukuhkan empat guru besar baru dalam sidang senat terbuka di Gedung Auditorium Kampus II Samata, Gowa, pada Selasa, 14 Oktober 2025. Acara formal tersebut diwarnai oleh pidato tanggapan filosofis dari Rektor, Prof. Dr. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., yang mengubah prosesi menjadi momen perenungan mendalam.
Momen ini menjadi istimewa bukan hanya karena penambahan jumlah profesor bagi UIN Alauddin. Acara tersebut menjadi panggung bagi Rektor untuk menyampaikan refleksi mendalam tentang tanggung jawab yang melekat pada seorang intelektual.
Rektor secara terbuka memberikan respons kritis terhadap orasi para profesor, salah satunya saat ia mengoreksi ulasan mengenai 'Kiai Muda'. Menurutnya, istilah tersebut harus dipahami sebagai gelar akademik hasil dari pendidikan formal, bukan sekadar jenjang fungsional menuju kiai senior.
Salah satu pesan filosofisnya disampaikan melalui analogi burung elang yang terbang tinggi untuk menghindari gagak pengganggunya. Ini menjadi simbol kekuatan untuk melampaui kritikan dengan meningkatkan kapasitas diri tanpa perlu membalas.
Namun, pesan yang paling menyentuh dan menjadi perenungan utama adalah analogi tentang tongkat orang buta. Rektor menggambarkan bagaimana tongkat yang telah setia menemani bertahun-tahun menjadi hal pertama yang dicampakkan begitu seseorang bisa melihat.
“Begitulah gambaran kehidupan nyata kita. Ketika seseorang itu sudah tidak bermanfaat, meskipun orang itu begitu berjasa dalam kehidupan kita, tapi saat kita sudah tidak mendapatkan manfaat, maka sesuatu dan seseorang itu langsung dicampakkan begitu saja,”.
Melalui analogi tersebut, Rektor secara tajam mengingatkan bahwa esensi dari gelar guru besar adalah kebijaksanaan untuk tidak pernah melupakan 'tongkat' yang menopang perjalanan. Pidatonya ditutup dengan sesi komentar ringan yang humoris, namun pesan tentang kerendahan hati dan rasa syukur tersebut tetap menjadi ruh dari prosesi pengukuhan ini.
Alat AksesVisi