Gambar Kantin Sidomulyo, Sesuai Kantong Mahasiswa

Kantin Sidomulyo, Sesuai Kantong Mahasiswa

MEMILIKI aktivitas yang banyak dan padat, tentu setiap hari dilakukan oleh mahasiswa dan seluruh civitas Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Tapi dengan banyaknya kesibukan itu tak lantas harus mengabaikan mengisi kantong tengah. Apalagi kini sudah ada banyak kantin yang menjual makanan dengan harga yang murah dan enak.

Khususnya bagi mahasiswa yang berada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi tak perlu bersusah-susah mencari kantin yang murah dan enak. Hal ini dikarenakan kantin Sidomulyo milik Wahida berjualan dibelakang fakultas dakwah dengan harga yang lumayan murah.

Dengan Rp 6 ribu saja mahasiswa dan civitas fakultas dakwah bisa menikmati dua menu makanan yang dijual di Kantin Sidomulyo.

"Di kantin ini saya menjual dua jenis makanan yakni bakso dan nasi ayam. Kedua jenis makanan ini bisa dinikmati oleh
seluruh mahasiswa denga harga yang terjangkau, 6 ribu rupiah saja," kata pemilik warung, Ida.

Satu mangko bakso bisa dinikmati dengan satu bakso super, dua bakso kecil dan masing-masing satu krupuk dan tahu tak
lupa juga ada mie kuning dan mie bihun. Sementara hidangan nasi ayam disajika dengan ayam, tempe goreng dan semangko sup.

Kedua menu ini paling disukai oleh mahasiswa selain harganya yang murah juga makanan yang disajikan juga terbilang banyak.  Seperti Jummriani mahasiswa fakultas dakwah ini paling suka makan bakso karena selain baksonya enak juga kuahnya.

"Saya memang suka makan bakso, tapi kalau mau makan dikampus saya lebih senang makannya di kantin Sidomulyo selain murah juga enak," kata jum.

Sementra Satriani yang suka makan nasi ayam ini mengaku kalau nasi yang dikasi ibu ida lumanyan untuk menahan lapar sampai malam.

"Kalau saya makan paling suka makan nasi, karena kalau nasi kan bisa dibilang makanan karbohidrat yang mengeyangkan. Apalagi kalau sudah samapai di rumah saya jarang makan jadi senangnya makan disini," kata Satriani.

Saat diwawancarai oleh reporter UIN Online, Rabu (27/9/2011), ibu satu anak ini mengatakan bahwa kantin yang dimilikinya ada dua yakni satu berada dibelakang fakultas tariyah dan satu lagi di belakang fakultas dakwah dan komunikasi.
 
"Untuk kantin yang di belakang (fakultas) tarbiyah, suami saya yang menjual dan di sana memang tempatnya sebagai pengembali modal. Khusus di fakultas dakwah kita usahakan untuk cari untung, karena kalau di tarbiyah banyak saingannya," terang ida.

Sejak menjual kurang lebih selama empat bulan, ia merasa penghasilannya sudah lumanyan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya bersama keluarga. (Uin online/Eka Novi Fitrianty B)

Previous Post Prodi BSA Lakukan Pengabdian kepada Masyarakat di Sulbar
Next Post Dosen SPI Jadi Pembicara di Majelis Taklim Gowa