UIN Alauddin Online — Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar menggandeng tiga lembaga pilar ekonomi nasional—Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Bank Indonesia (BI)—dalam sebuah kuliah umum untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan penting. Acara ini bertujuan melindungi mereka dari ancaman finansial seperti penipuan dan investasi bodong sebagai bekal menghadapi dunia nyata.
Kuliah umum yang berlangsung di Aula FEBI ini dihadiri oleh Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., dan Wakil Rektor II, Dr. H. Andi Aderus, Lc., M.A., menunjukkan dukungan penuh universitas terhadap inisiatif literasi keuangan.
Dalam sambutannya, Rektor Prof. Hamdan Juhannis menyambut baik sinergi antarlembaga ini. Ia menegaskan literasi keuangan sangat krusial bagi mahasiswa.
"Kolaborasi seperti ini sangat penting agar mahasiswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga melek finansial, sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan mereka," tegasnya.
Kepala OJK Sulselbar, Moch. Muchlasin, menyoroti isu-isu krusial seperti rendahnya literasi dan inklusi keuangan yang membuat masyarakat rentan menjadi korban. Ia menjelaskan bahwa OJK terus memperluas wewenang pengawasannya ke sektor-sektor baru, seperti bursa karbon dan fintech, demi melindungi konsumen.
"OJK bertugas memastikan hak konsumen jasa keuangan terlindungi," ungkap Mochlasin.
Di sisi lain, Kepala Kantor Perwakilan LPS III - Makassar, Fuad Zaen, fokus pada ancaman bank run. Ia menjelaskan bahwa kepanikan nasabah yang menyebabkan penarikan dana serentak dapat memicu kebangkrutan bank. Untuk mencegah hal tersebut, LPS menjamin simpanan nasabah hingga Rp2 miliar per bank. Alumni Universitas Indonesia itu juga menyebut bahwa LPS telah melikuidasi lima bank di Sulawesi Selatan sejak tahun 2005.
Materi juga dilengkapi dengan pemaparan dari Kepala Perwakilan BI Sulawesi Selatan, Rezki Ernadi Wimanda. Ia menjelaskan bahwa stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga, tercermin dari inflasi September 2025 yang terkendali di angka 0,17%. Ia juga menyoroti peran BI dalam memajukan ekonomi daerah, khususnya di Sulawesi Selatan, melalui program Pinisi Sultan dan digitalisasi pembayaran menggunakan QRIS.
"43?ri 1,2 juta merchant QRIS nasional berada di Makassar," kata Rezki, menunjukkan dominasi UMKM dalam adopsi teknologi ini.
Setelah seluruh pemateri selesai menyampaikan paparan, sesi tanya jawab dibuka secara khusus, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendalami materi. Mereka secara aktif mengajukan pertanyaan, menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi tentang dunia keuangan.
Menutup acara, kuis berhadiah diberikan kepada seluruh mahasiswa yang hadir, menambah kemeriahan suasana dan menguji pemahaman mereka.
Kuliah umum ini menjadi pengingat bahwa kesejahteraan ekonomi bukan semata soal mencari pendapatan, melainkan kemampuan untuk memahami dan mengendalikan aliran uang, sehingga setiap langkah finansial adalah langkah yang aman dan terencana.
Penulis: Nurlatifah - Mahasiswa Magang Prodi KPI
Alat AksesVisi