Gambar Dapat Bunga Istimewa dari Perempuan Thailand

Dapat Bunga Istimewa dari Perempuan Thailand

UIN Online -- Tidak saya duga sebelumnya, 28 September 2010 lalu, saya menerima surat dari International Relations Officer Walailak University, Nakhon Si Thammarat, Thailand. Ternyata isinya berupa tiket penerbangan ke Thailand.

Tiket itu ditandatangani Miss Jiraporn Kansuwan dan setelah diterima saya diminta mengirim curriculum vittae (CV) melalui Pak Habib Khirzin dan Dr Chairat Siripatana. Saya diminta hadir dalam konferensi The Principle Coordinator of AMRON (ASEAN Muslim Research Organization Network).

Dari undangan Walailak University itu, saya diminta berpartisipasi aktif dalam konferensi pertama AMRON yang berlangsung 2-3 Oktober 2010. Selain saya, dari Indonesia hadir Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Prof Dr Azyumardi Azra, Rektor Universitas Para Madina Dr Anis Baswedan, dan Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Prof Dr Shafwan.

Saya pun berangkat dari Indonesia, 1 Oktober lalu. Begitu turun dari pesawat di Bandara Nakhon si Thammarat (melalui Bangkok), kami dijemput langsung oleh Sekjen (Secretary General) ASEAN, Dr Surin Pitsuwan, pejabat setempat, dan panitia dari Walailak University.

Begitu tiba, tiba-tiba saya mendapatkan kalungan bunga berwarna putih dan harus dari seorang perempuan Thailand. Saya tentu saja kaget, karena banyak undangan dan tamu lainnya. Apalagi saya datang bersama Pak Azyumardi, Pak Anis Baswedan, dan beberapa tamu dari Malaysia yang hanya disalami saja. Saya satu-satunya dihadiahi dan dikalungi bunga.

Serta merta, saya bertanya mengapa undangan lainnya tidak dikalungi dan atau diberi bunga harum? Lalu datanglah panitia Walailak University dan membisiki saya. Bunga segar putih nan harum tersebut sebagai pernyataan maaf sedalam-dalamnya kepada Rektor UIN Alauddin atas kesalahan yang dilakukan oleh travel agent yang telah membooking tiket lewat internet.

Saya pun baru menyadari kejadian terkait hal itu. Ya, saat dibookingkan tiket, panitia lupa mengissue nomor tiket penerbangan saya. Sehingga yang tadinya dijadwalkan naik SQ (Singapore Airlines) pukul 06.10 WIB melalui Singapura dan Bangkok, menjadi batal. Kecuali memakai domestic flight dari Bangkok ke Nakhon si Thammarat yang akan berangkat pada pukul 14.25 waktu Bangkok.

Untung pada hari itu, pukul 09.40 WIB ada pesawat Garuda yang berangkat langsung ke Bangkok dengan harga tiket USD $ 286 (Senilai Rp 2.360.000,-). Saya pun naik penerbangan itu dan dari Bangkok saya langsung memakai tiket lanjutan yang dikirimkan pihak Universitas Walailak ke Nakhon.

Begitulah orang Thailand. Mereka jujur dan ramah mengakui kesalahan yang dilakukan oleh agen perjalanan dan menggantinya dengan untaian bunga putih. Saya pun menjadi tamu paling istimewa di antara para undangan lainnya.

Sikap ramah dan rendah hati juga ditunjukkan oleh seorang pejabat tingkat International Thailand, sekarang Sekjen ASEAN, Dr Surin Pitsuwan. Mantan Menteri Luar Megeri Thailand yang tamatan Harvard University dan University of Illinois itu menjemput kami di bandara.

Bahkan ia mengajak kami berbincang sebelum menuju ke The Twin Lotus Hotel dan makan malam bersama. Setelah itu, hari berikutnya, 2 Oktober kami sama-sama aktif mengikuti pertemuan-pertemuan yang melibatkan para pakar pendidikan se-ASEAN.

Kegiatan ini kerja sama AMRON, Walailak University, dan THE SASAKAWA Peace Foundation, Tokyo, Jepang --yang dihadiri dan diikuti langsung oleh Takahiro Nanri, dari pagi sampai malam, dilanjutkan dengan penandatanganan bersama “Deklarasi Amron”. (*)
Previous Post Rektor dan Pimpinan Bidang Kemahasiswaan UIN Alauddin Lakukan Rapat Koordinasi dengan LPP-LK
Next Post Prodi Ilmu Perpustakaan Lakukan Monitoring dan Evaluasi Internal