Gambar Workshop DWP UIN Alauddin Hadirkan Motivator Nasional Sebagai Narasumber

Workshop DWP UIN Alauddin Hadirkan Motivator Nasional Sebagai Narasumber

UIN Alauddin Online - Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Alauddin Makassar menggelar Workshop Kompetensi Dharma Wanita bertajuk "Perempuan Berkualitas dalam Keluarga dan Organisasi" di Ruang Rapat Senat lantai IV Gedung Rektorat pada Kamis 7 November 2024.

Workshop ini menghadirkan Dr Tubagus Wahyudi M Si, yang merupakan seorang motivator nasional, penulis, serta Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta.

Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis turut menghadiri kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi Workshop ini.

"Sependek pengetahuan saya baru kali ini kita menghadirkan seorang motivator. Kalau sudah termotivasi, seseorang sudah bisa menembus batas, kalau kamu termotivasi, sebagian dari tugasmu sudah terlaksana," katanya.

Menurutnya, sebuah aksi adalah hasil dari imajinasi. Seorang motivator kalau tidak imajinatif, tidak lahir diksi-diksi hebat yang menggerakkan orang-orang yang diberi motivasi.

Seorang rektor yang tidak imajinatif terang dia, maka dia akan hadir sebagai pimpinan yang biasa-biasa. Seorang suami yang tidak imajinatif, akan susah membuat bahagia istri-istrinya.

"Semoga dengan kehadiran narasumber, dengan motivasinya akan membuat ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan UIN Alauddin Makassar tambah imajinatif, tambah kreatif, dan tambah memiliki kebermanfaatan bagi keberlangsungan lembaga kita," harapnya.

Sementara itu, Tubagus Wahyudi Dalam materi awalnya, ia membahas dalam konsep teologis. Manusia menurutnya harus mengenali dirinya terlebih dahulu.

"Tinggi jabatan namun tidak tau diri akan sangat berpengaruh terhadap dirinya. Disitulah pentingnya pehamahaman. Islam itu harus diterjemahkan secara universal sebagai landasan kita sebagai umat manusia, khususnya untuk para ibu-ibu dharma wanita," jelasnya.

Ia juga menjelaskan, manusia tidak akan berkembang tanpa melewati sebuah masalah dengan menganalogikan jenjang kuliah mahasiswa.

"Mahasiswa strata satu hingga menjadi profesor, harus merumuskan sebuah masalah sebelum akhirnya bisa diangkat derajatnya. Jadi ibu-ibu kalau sudah melewati masalah, artinya sudah bisa jadi profesor," pungkasnya.

Previous Post Pemprov Sulsel Ajak Pemda hingga Dunia Usaha Dukung UINAM Jadi Kampus Islam Unggulan
Next Post Mahasiswa SPI Perdalam Pemahaman Sejarah Melalui Kunjungan Museum Karaeng Pattingalloang