Gambar Tidak Ada yang Tidak Mungkin Kita Dapat Selama Kita Mau

Tidak Ada yang Tidak Mungkin Kita Dapat Selama Kita Mau

"TIDAK ada yang tidak mungkin kita dapat selama kita mau," hal inilah yang menjadi prinsip hidup Imamul Arif SPdI, salah seorang dosen luar biasa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Pria yang akrab disapa Imam ini berpendapat bahwa apa yang kita cita-citakan pasti akan tercapai selama kita betul-betul berusaha untuk mencapai itu. Hal ini betul dibuktikan pria kelahiran Bima 02 Februari 1987 ini semenjak mulai menginjakkan kaki di Makassar tahun 2006 lalu untuk menempuh kuliah di UIN Alauddin.

Imam sejak kecil sudah bisa mewujudkan cita-citanya. Diawali ketika ingin menjadi muazzin di masjid seperti teman-temannya yang lain. "Alhamdulillah setahun kemudian impian itu tercapai, saya ditugaskan menjadi muazzin dan naib imam shalat rawatib di Masjid Kompleks Delta Mas Jalan Borong Makassar," ujarnya.

Menjadi muazzin menurut Imam sedikit banyak mampu membiayai kehidupannya di Makassar. Termasuk biaya kuliah, sewa kos, bayar listrik, tambahan uang makan, dan sebagainya. Imam butuh biaya karena keluarganya tergolong dalam keluarga kurang mampu.

Ayahnya Drs Masdin H Yasin dan Ibunya Hartati hanyalah guru, dari penghasilan itulah mereka harus membiayai lima orang anaknya yang semuanya kuliah di Makassar.  Orang tua Imam bahkan mendapat acungan jempol dari rekan-rekannya yang lain karena dengan penghasilan yang pas-pasan mampu membiayai perkuliahan lima anaknya di Makassar.

Penghasilan orang tua yang pas-pasan dan harus membiayai saudaranya yang lain, terkadang Imam harus memutar otak untuk mencari uang. Bahkan karena himpitan ekonomi ini, Imam bercerita bahwa pernah suatu saat ia tidak makan nasi selama dua hari, Imam hanya makan roti pemberian teman-temannya.

"Saya hanya makan roti karena tidak punya uang untuk membeli nasi dan lauk," ujarnya. Bukan hanya itu, selama kuliah di UIN Alauddin ia hanya dua kali pulang ke kampung halamannya yaitu Bima Nusa Tenggara Barat (NTB). "pulang kampung itu memerlukan biaya yang sangat tinggi serta jadwal kapal ke Bima itu hanya sekali dalam dua minggu," ujarnya.

Terkadang Imam menjadi penopang hidup adek-adeknya. Pernah suatu saat saudaranya yang kuliah di Universitas Muslim Indonesia (UMI) hendak mengikuti Prektek Kerja Lapangan (PKL) Industri di Jawa. Dan ia membutuhkan dana cukup banyak sebesar Rp 3 juta.

Ketika itu, kedua orang tua Imam pasrah dan mengatakan, "Nak, tidak usah ikut karena ibu tidak punya uang." Mengetahui hal itu terjadi, seketika Imam langsung menggadaikan laptopnya (diperoleh dari hasil beasiswa dan gaji sebagai tenaga pengajar private) agar adeknya bisa mengikuti program PKL tersebut.

Dengan prinsip "Tidak ada yang tidak mungkin kita dapat selama kita mau," Imam menyelesaikan studi di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar sebagai wisudawan terbaik universitas pada wisuda desember 2010 dengan predikat summa cumlaude Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,99 yang menjadi impiannya sejak awal menginjakkan kaki di UIN Alauddin.

Setelah memperoleh prestasi yang cukup gemilang, Imam langsung ditugaskan menjadi tenaga pengajar di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Dalam waktu dekat ini, ia tidak ingin kembali ke kampung halamannya. "saya tidak akan kembali ke Bima dalam waktu dekat ini, karena kalau saya kembali pasti saya hanya jadi guru SD,SMP, atau SMA," ujarnya.

"Saya akan kembali ketika ilmu yang saya miliki betul-betul mapan untuk membangun kampung halaman saya," ujarnya ketika ditemui reporter UIN Online di FTK, Kamis (05/05/2011).

Imam bercita-cita membangun pesantren di Bima yang menjadi pusat studi Islam di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengingat Bima sekarang ini berada dalam keterpurukan dari berbagai segi, misalnya ekonomi, pendidikan, moralitas, dan sebagainya. (uin online/ahmad alwy baharuddin)
Previous Post LP2M UIN Alauddin Makassar Sukses Dukung Program Prioritas Sulsel Melalui Pengabdian Masyarakat
Next Post GenBI Sukses Gelar The Article Writing Competition Batch 2