UIN Alauddin Online - Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis mengukuhkan sebanyak 1507 wisudawan Angkatan 94. Wisudawan itu tersebar dari delapan Fakultas dan 1 Program Pascasarjana.
Prosesi wisuda itu dilaksanakan selama dua hari Senin dan Selasa (19-20/12) di Gedung Auditorium Kampus II UIN Alauddin, Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Pada kesempatan itu, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis dalam pidatonya menyampaikan pesan, alumni harus menjadi sarjana tangguh. Sarjana yang memiliki daya tarung dan daya taring yang kuat.
"Anak-anakku semua, jadilah Sarjana tangguh dalam kehidupan masyarakat. Sarjana yang tidak mudah goyah oleh berbagai keadaan dan tantangan. Tantangan bagi mereka adalah bumbu-bumbu kehidupan," pesan Prof Hamdan Juhannis.
Menurut Guru Besar Sosiologi Pendidikan itu, seorang sarjana tangguh akan menjadikan teman, jejaringnya sebagai modal sosial yang kuat untuk melewati berbagai tantangan.
"Sarjana tangguh tidak mungkin berhasil tanpa diback up oleh orang lain. Mereka percaya bahwa kebersamaan akan melahirkan tim yang tangguh yang pada gilirannya akan berbuah kesuksesan pribadi dan kolektif," paparnya.
Prof Hamdan Juhannis menuturkan, Sarjana tangguh terus menjadi petarung-petarung sejati dalam kehidupan nyata di luar sana.
Prof Hamdan Juhannis meminta para Wisudawan bercermin pada filosofi sepak bola, sarjana tangguh ibarat striker-striker tangguh yang tidak mau kalah oleh kebesaran dan ketinggian bek-bek lawan.
"Bagi striker-striker sejati, mencetak bola ke gawang adalah misi suci dan utama seorang striker, sehingga barisan benteng lawan bukanlah persoalan, tetapi merupakan tantangan yang harus dilewati," katanya.
Striker sejati dalam mencetak bola, lanjutnya, tidak mungkin dilakukan seorang diri, dia butuh operan dan supply bola dari pemain-pemain lainnya, sehingga keberhasilan seorang striker dalam mencetak bola adalah hasil kerja kolektif sebuah tim.
"Striker sejati tidak akan pernah jemawa, apalagi sombong sehingga menafikan peran dari pemain-pemain lain. Barangkali ini yang menyebabkan jika seorang striker berhasil mencetak bola di gawang lawan harus berterima kasih kepada pemberi assist," imbuhnya.
Pesan kedua yang disampaikan Prof Hamdan Juhannis adalah, wisudawan/wisudawati untuk tidak menjadi Sarjana cadangan. Menurutnya, sarjana cadangan tidak memberi warna dalam kehidupan masyarakat.
"Janganlah menjadi sarjana penonton sebagaimana pemain cadangan. Sarjana yang tidak mampu bersaing dengan sarjana dari berbagai perguruan tinggi lain. Ia tidak menjadi squad utama (starting eleven)," tegasnya.
Menurut Penulis Buku Melawan Takdir itu, sarajan cadangan perannya tidak begitu penting dalam berbagai ranah pekerjaan.
"Sarjana tipikal ini, seringkali namanya tidak dikenal karena tidak mampu memberi kontribusi positif kepada masyarakat. Ia hanya mengisi ruang-ruang pinggir kehidupan sebagai pemain cadangan," bebernya.
"Saya meyakini bahwa pergumulan anda selama beberapa tahun di kampus asri ini telah membentuk karakter anda sebagai pribadi yang kuat, yang pada gilirannya layak menjadi pemain-pemain utama dalam kehidupan masyarakat," pungkasnya.