UIN Alauddin Online – Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI, Prof. Dr. M. Arskal Salim, hadir sebagai narasumber dalam Rapat Kerja (Raker) UIN Alauddin Makassar pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Dalam kesempatan tersebut, ia mengangkat tema Menata Budaya Cinta sebagai Pelecut Kinerja Menuju World Class University.
Dalam pemaparannya, Prof. Arskal menegaskan bahwa Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, telah mencetuskan gagasan Kurikulum Cinta, sebuah konsep pendidikan berbasis kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan. Konsep ini bertujuan menetralisir fanatisme serta memperkuat toleransi beragama di lingkungan akademik.
“Kurikulum Cinta menanamkan nilai-nilai kelembutan, kebersamaan, dan penghormatan terhadap keragaman. Ini bukan sekadar wacana, tetapi harus menjadi gerakan nyata yang diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan kampus,” ujar Prof. Arskal.
Menurutnya, cinta harus menjadi pondasi utama dalam sistem pendidikan. Implementasi nilai-nilai kasih sayang dapat diwujudkan melalui program dan kebijakan yang memperkuat solidaritas antarumat beragama.
Ia mengingatkan bahwa dunia akademik tidak boleh terjebak dalam eksklusivisme yang membedakan “kita” dan “mereka.”
“Seperti yang dikatakan Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, cinta sejati adalah ketika seseorang mengutamakan kepentingan orang lain di atas dirinya sendiri. Inilah esensi pendidikan yang harus kita dorong di kampus,” tambahnya.
Dalam membangun budaya cinta pada perguruan tinggi, Prof Arskal mengungkapkan empat pilar yang harus diterapkan.
Pertama, kata Prof Arskal pengakuan terhadap Keragaman – Menghormati berbagai identitas budaya, agama, dan tradisi dalam komunitas akademik.
Kemudian Kesetaraan – Menjamin akses pendidikan tanpa diskriminasi dan Toleransi dan Kasih Sayang – Menanamkan sikap empati dan penghormatan terhadap perbedaan.
Serta Inklusi dan Partisipasi Aktif – Mendorong mahasiswa untuk mengekspresikan identitas mereka secara bebas.
Selain itu, pendekatan partisipatif dalam pembelajaran juga penting untuk diterapkan. Mahasiswa harus didorong untuk berkontribusi aktif dalam diskusi, bekerja sama dalam proyek kelompok, serta melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman belajar mereka.
Untuk merealisasikan budaya cinta, Putra mantan Rektor UIN Alauddin Makassar ini menegaskan semua elemen kampus harus bergerak Bersama.
"Rektorat dan Fakultas: Menyusun kebijakan strategis yang mengintegrasikan nilai-nilai cinta dalam kurikulum dan kehidupan kampus," paparnya.
Sementara Dosen dan Tenaga Pendidik: Menjadi teladan dalam mengajarkan toleransi dan kasih sayang kepada mahasiswa.
Lalu Mahasiswa, tambah Prof Arskal Salim, berperan aktif dalam membangun interaksi sosial yang harmonis serta mendiskusikan nilai-nilai cinta dalam kehidupan akademik.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, pendidikan karakter juga menjadi bagian penting dalam konsep Kurikulum Cinta.
"Kampus perlu memastikan bahwa nilai-nilai moral, kepribadian yang tangguh, serta kompetensi sosial diajarkan secara terintegrasi dalam mata kuliah dan aktivitas ko-kurikuler," jelasnya.
Prof. Arskal menutup pemaparannya dengan harapan agar UIN Alauddin Makassar dapat menjadi pelopor dalam menerapkan Kurikulum Cinta, sehingga dapat menciptakan lingkungan akademik yang lebih harmonis, inklusif, dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan.