UIN Online - Siapa yang harus disalahkan dengan adanya trafficking atau penyelundupan dan perdagangan manusia? Apakah sekolah, rumah tangga, atau kolaborasi keduanya?Pertanyaan itu diungkapkan oleh Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Dr HA Qadir Gassing HT MS saat membuka acara Pusat Studi Kajian Wanita (PSW) UIN Alauddin yang bertema Kearifan Lokal Budaya Bugis-Makassar untuk Pencegahan Perdagangan Manusia, Selasa (23/11/2011)."Apakah anak yang tidak pulang selama tujuh hari dan tidak dicari oleh bapaknya bisa tergolong trafficking? Yang jelas semua ini menjadi penyakit masyarakat modern. Bapaknya kerja, ibunya juga kerja," kata Prof Qadir.Adanya kondisi sosial seperti itu mendasari Kementrian Agama RI untuk menciptakan Gerakan Masyrakat Magrib Mengaji. Bapak, ibu, dan anak-anak salat berjamaah. Kemudian anak-anak diajar untuk mengaji."Apakah di rumah tangga kita masih hidup hal yang seperti itu (salat jamaah dan belajar mengaji)?," kata Prof Qadir saat membuka Acara PSW UIN Alauddin Di Lantai 1 Rektorat UIN Alauddin Makassar.Menurut Rektor UIN Alauddin Makassar tersebut, fokuskan kegiatan di waktu magrib dan isya. Kondisi ini bisa membangun rumah tangga yang saleh karena kebersamaan dari kedua orang tua saat mendampingi anak."Ada lima ciri yang perlu anda lakukan jika ingin rumah tangga saleh. Di antaranya mengajarkan nilai-nilai dasar Islam, jangan coba-coba menafkahi dengan uang haram, keluarga yang diridoi Allah adalah yang tua menyayangi yang muda, lalu yang muda menghormati yang tua, dan bapak ibunya selalu melakukan muhasabah sehingga rumah tangganya dikaruniai oleh Allah SWT," terang Prof Qadir.Rektor UIN Alauddin ini juga mengatakan bahwa terjadinya trafficking lebih baik dicegah diawal dalam rumah tangga. "Jika lima hal tersebut bisa dilakukan, maka bakal bisa meminimalisir adanya traffickking," pungkas Prof Qadir. (*)