Gambar Peringati Hari Kartini, DEMA FSH Gelar Dialog Keperempuanan dan Buka Puasa

Peringati Hari Kartini, DEMA FSH Gelar Dialog Keperempuanan dan Buka Puasa

UIN Online - Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) menggelar dialog dan Buka puasa bersama. Kegiatan tersebut mengusung tema Api Kartini dan Gerakan Perempuan Kontemporer di Ruang Lecture Theater Fakultas. Senin (26/04/2021)

Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memperingati hari Kartini serta mempererat tali silatirahmi antar civitas akademika FSH.

Dalam dialog tersebut mengundang pemateri Demisioner Ketua SEMA FSH periode 2019-2020 Khalifah Wini Mujaddidah Akbar S.H, Penggiat Gerak Perempuan Andi Sri Wulandari S.IP, Srikandi Makassar Nur Aeni, Ketua Kohati HMI Komisariat Syariah dan Hukum Yustya Dwi Nani Wibowo S.H.

Ketua DEMA FSH Muh. Vikram Syahrir As menuturkan bahwa tujuan dari diadakannya dialog dan bukber adalah untuk menghidupkan kembali semangat perempuan untuk lebih produktif mengemukakan gagasan dan mengambil banyak peran di era modern ini.

“Dialog Keperempuanan ini untuk memperingati hari Kartini dan juga sebagai proses penyadaran kaum perempuan agar lebih produktif dalam persoalan gagasan dan implementasi pada zaman modern hari ini,” paparnya.

Ia menambahkan bahwa dialog yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama ini juga untuk membangun kembali semangat kekeluargaan antar masyarakat FSH.

Salah seorang pemateri Nur Aeni mengatakan  bahwa perempuan hari ini tidak harus menjadi Kartini, tetapi perempuan hari ini harus memahami kondisi zaman dan hal apa yang harus dilakukan.

“Sosok Perempuan pejuang bukan hanya Kartini semata, Kartini lebih familiar Karena kalangan bangsawan, namun perempuan hari ini yang harus di pahami adalah bagaimana historis dari sebuah perempuan, Jangan sampai kita perempuan namun kita selalu mengikuti arus dan perintah dari kaum patriarki,” ungkapnya.

Khalifah Wini Mujaddidah akbar menjelaskan bahwa tidak bisa dipungkiri perempuan yang hari ini duduk di bangku parlemen mereka adalah kalangan kaum Borjuis (kelas masyarakat menengah ke Atas).

“Mereka tentu tidak peduli dengan ketimpangan yang menimpa perempuan hari ini, bahkan rakyat yang berada di kelas menengah ke bawah itu mereka acuhkan juga. Karena mereka lebih mengutamakan kepentingan oligarki tidak peduli kaum feminis maupun kaum patriarki,” tegasnya.

Previous Post FTK UIN Alauddin Lakukan Update Data Mahasiswa di PD-Dikti
Next Post Kebijakan Rektor, Hanya 31 Mahasiswa FEBI UIN Makassar Diwisuda