Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
Mengenal Sosok Prof Dr H Musafir Pababbari
10 Mei 2011
Administrator
Facebook
Twitter
Linkedin
WA
DI
lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, siapa yang tak mengenal sosok Prof Dr H Musafir Pababbari MSi. Bagaimana tidak dikenal sosoknya, karena Prof Musafir merupakan pembantu rektor (PR) II bidang administrasi.
Walau begitu, mengenang masa lalunya, Prof Musafir tidak pernah berpikir bakal menjadi guru besar dan dosen seperti sekarag dialaminya. Pasalnya sejak muda, ia tak berpikir kelak mau menjadi apa nantinya.
"Saat itu, kalau saya selesai kuliah, saya hanya yakin bahwa yang memiliki ilmu pengetahuan dan iman, sesuai janji Allah, akan ditinggikan derajatnya. Hal ini seperti tertera pada Quran Surat Al Mujaadilah ayat sebelas," terang Prof Musafir.
"Saat ini saya bisa merasakan seperti sekarang itu semua karena ketekunan saya dalam belajar. Saya akui saat masih kuliah dulu sangat sedikit yang saya ikuti organisasi ekstra ataupun intra kampus karena memang prioritas saya waktu itu memang hanya untuk belajar dan belajar," ujar istri dari Dra Hj Hadijah Rasyid MH ini.
Mekipun demikian, alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah, Makassar ini juga pernah aktif, di beberapa organisasi kepemudaan seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Saat ditemui di ruang kerjanya, PR II yang akrab disapa dengan Prof Musafir ini membagi sedikit perjalanan hidupnya di masa sekolah dan kuliah kepada reporter UIN Online, Selasa (10/5/2011).
Guru besar yang pernah mengenyam pendidikan strata I di IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini memiliki tekad yang kuat untuk menjadi yang terbaik selama di bangku pendidikan.
Banyak di Perpustakaan
Menurut buah hati dari HA Pababbari Pangerang dan Hj Wettoweng Saleh Paranrengi, semasa kuliah dulu, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan. Saking hobinya di perpus, sampai teman-teman kuliahnya menilai sosok kutu buku.
Pada tahun1982, mantan Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddn ini kuliah di IAIN Kalijaga mengambil jurusan perbandingan agama. Yogya menjadi tujuan pendidikan ayah tiga orang anak ini untuk menimba ilmu karena memang ingin fokus belajar dan kuliah.
"Motivasi saya untuk kuliah di Yogya karena kota itu dikenal sebagai Kota Pendidikan. Makanya saya lari kesana untuk melanjutkan pendidikan. Saya mengambil jurusan perbandingan agama dengan alasan ingin mendalami keagamaan," terangnya.
Tak Bisa Pisah
Seperti mahasiswa pada umumnya, Musafir muda awalnya sangat berat untuk berpisah dengan orang tuaya. Bapak kelahiran Makassar ini sangat dekat dengan ibunya hingga berat hati untuk berpisah.
"Saat itu sangat berat untuk berpisah dengan orang tua, sebab Yogyakarta itu jauh. Tapi lama-kelamaan akhirnya saya betah juga berada di sana. Mungkin karena sejak awal tujunnya untuk belajar akhirnya jadi kerasan tinggal di Yogya," ujar ayah dari Alef Rasyidi Pababbasi
Musafir muda memang tergolong mahasiswa yang memiliki kelebihan dibandingkan mahaisswa lain. Pada tahun 1987, ia telah menyelesaikan kuliah dengan mengambil judul penelitian, Maturitas Agama: Studi Sosiologis tentang Pengalaman Keagamaan
"Karena tujuan saya kuliah, maka saya fokus belajar dan tergolong mahasiswa terbaik karena mampu menyelesaikan strata satu (S1) dalam jangka waktu singkat. Saat itu saya menyelesaikan kuliah selama sepuluh semester. Padahal normalnya bisa sampai tujuh tahunan lebih," ujarnya.
Jadi Asdos di Yogya
Setelah selesai S1 dan dinilai sebagai lulusan terbaik, Musafir pun sempat bekerja sebagai asisten dosen (Asdos) di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia pun ole dosen-dosennya di fakultas ushuluddin diminta untuk tetap tinggal. Namun ternyata kedua orang tuanya memiliki keinginan berbeda. "Saya diminta kembali ke Makassar. Waktu itu saya tak bisa menolak dan tentunya mengikuti keinginan orang tua," terang Musafir.
Sepulang ke Makassar, pada tahun 1989 ia pun tak melewatkan kesempatan ketika ada penerimaan dosen di IAIN Alauddin Ujungpandang (sebelum berubah menjadi UIN Alauddin Makassar). Dan pada kesempatan pertama, Musafir muda, terpilih sebagai salah satu dosen Kampus Hijau.
Setelah mengabdi selama 10 tahun lebih, tahun 2001, kemudian Musafir melanjutkan pendidikan ke jenjang strata dua (S2). Bapak kelahiran tahun 1956 ini melanjutkan S2 di Universitas Hasanuddin (Unhas). Adik dari Dr H M Najib Pababbasi ini memilih jurusan umum yakni sosiologi sebagai disiplin ilmunya.
"Saat itu alasan saya mengembil jurusan sosiologi karena kita seseorang tak bisa melakukan perbandingan agama kalau tidak memahami sosiologi. Sosiologi dan perbandingan agama saling berkaitan," jelas Musafir yang dikenal dengan kumis tebalnya ini.
"Saya mengambil contoh, misalnya saja, terjadi radikalisme (kekerasan) terhadap agama. Kita tidak dapat mengetahui apakah itu sebuah bentuk kekerasan agama atau tidak. Nah ini berkaitan dengan sosiologi," katanya diiringi senyuman.
Setelah menyelesaikan pendidikan S2 selama tiga tahun, berikutnya, Bapak kelahiran 17 Juli ini melanjutkan kuliah program doktoralnya oada tahun 2004 . Masih di kampus yang sama di Universitas Hasanuddin dengan jurusan sosiologi.
Selesai S3 di Unhas, Musafir belum juga puas. Tahun 2009, guru besar UIN Alauddin Makassar ini kembali melanjutkan kuliah post doctoralnya di Universitas Hamburg, Jerman pada bidang social studies.
Pernah Jual Batik
Sebuah kesyukuran dirasakan PR II UIN Alauddin Makassar ini, karena selama kuliah di Jerman, ia tidak perlu memikirkan biaya. Walaupun demikian, selama kuliah di Yogya, ia pernah mencoba berbisnis kecil-kecilan.
"Ketika masih kuliah di Yogya saya iseng-iseng berbisnis kecil-kecilan. Saya pernah mengirim kain atau baju batik ke Makassar untuk dijual. Ini juga saya lakukan sekadar mengisi waktu saja karena ada teman yang mempercayai saya," ujar anak keenam dari sepuluh bersaudara ini.
"Yah, tidak ada salahnya jika dicoba. Hasilnya juga lumayan menambah biaya hidup selama di Yogya. Saya pikir mahasiswa sekarang juga jangan gengsi untuk menjual atau berbisnis kecil- kecilan. Sekaligus melatih jiwa berwirausaha," pungkasnya membagi pengalamannya. (UIN Online/Eka Novi Fitrianty B)
Data diri
* Nama: Prof Dr H Musafir Pababbari MSi
* NIP/NIK: 19560717 198603 1 003
* Tempat dan tanggal lahir: Makassar 17 Juli 1956
* Nama istri: Dra Hj Hadijah Rasyid MH
* Jumlah anak: 3 (tiga) orang
* Golongan/pangkat: IV/c / Pembina Tk.I
* Jabatan fungsional: Guru Besar
* Perguruan tinggi: Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
* Alamat kampus: Jl. Sultan Alauddin No. 63 Makassar
* Rumah: BTP Blok A Jln.Kebahagiaan Utara 15 No.435
* E-mail:
[email protected]
Please enable JavaScript to view the
comments powered by Disqus.
Previous Post
Prodi Akuntansi UIN Alauddin Gelar Tes TOEFL bagi Calon Mahasiswa Kelas Internasional
Next Post
UIN Alauddin Makassar Gelar 3.000 Khataman Al-Qur’an, Dukung Target Nasional 350.000 Khataman Kemena
Berita Terbaru
Berita Populer
Direskrimsus Polda Kalbar Raih Gelar Doktor di UIN Alauddin Makassar, Angkat Isu Transformasi Konfli
26 April 2025
Buktikan Toleransi, Kapolres Sintang Beragama Hindu Raih Doktor Hukum Islam di UIN Alauddin
26 April 2025
Delegasi UINAM Raih Juara III dan Best Video dalam Kompetisi LKTI PRISMA Tingkat Nasional
26 April 2025
Pererat Hubungan Bilateral, Wakil Dubes Belanda Kunjungi UIN Alauddin Makassar Bahas Potensi Kerjasa
26 April 2025
HMJ MHU Menggelar Pelatihan Menulis Buku dan Berita melalui Ruang Aksara
23 April 2025
3 Makna Dasar Hidup Dalam Al-Quran
11 Agustus 2011
Tahun Akademik 2019/2020, Ini Jumlah Kuota Maba Setiap Prodi di UIN Alauddin
18 Februari 2019
Berikut ini Jalur Masuk UIN Alauddin Makassar T.A. 2019/2020
18 Februari 2019
Dosen Keperawatan UIN Alauddin Loloskan 23 Soal pada Try Out UKNI ke-XXX
02 Oktober 2024
Prof Abustani Kaji Kelompok Mutaqaddimah dan Mutaakhirin
26 Mei 2011