Gambar Kolaborasi Mapalasta dan UKM Ritma Lakukan Talkshow Bahas Dampak PLTU Captive dan Transisi Energi

Kolaborasi Mapalasta dan UKM Ritma Lakukan Talkshow Bahas Dampak PLTU Captive dan Transisi Energi

UIN Alauddin Online - Mahasiswa Pencinta Alam (Mapalasta) bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Riset, Keilmuan, dan Kemitraan Masyarakat (Ritma) UIN Alauddin Makassar dan Greenpeace menggelar Talk Show bahas Dampak PLTU Captive dan Transisi Energi di Ruang Senat Lantai lV Rektorat, Kamis, 3 Oktober 2024.

Kegiatan ini mengangkat tema “Gen Z dan Perubahan Iklim: Bagaimana Transisi Energi Mempengaruhi Kehidupan Kita?” yang di hadiri puluhan peserta dari lintas lembaga dan fakultas.

Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber, yakni pengkampanye iklim dan energi dari Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, Kepala Divisi Energi Walhi Sulsel, Nurul Fadil Gaffar, Direktur Cita Tanah Mahardika, Imamul Hak, dan Dosen Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar, Ranti Ekasari.

Nurul Fadil Gaffar mengungkapkan hasil kajian bersama Greenpeace dan beberapa Civil Society Organization (CSO) di Indonesia menunjukkan bahwa emisi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) captive dapat menghasilkan hingga 80 juta ton CO2 per tahun, dengan total akumulasi mencapai 2000 juta ton CO2 selama 25 tahun.

“Hal ini akan terus meningkat hingga tahun 2050, karena regulasi terkait PLTU captive masih belum diatur secara ketat,” katanya.

Senada dengan Nurul Fadil Gaffar, Ranti Ekasari menjelaskan bahwa PLTU captive terbukti memiliki dampak signifikan terhadap kualitas kesehatan masyarakat, terutama karena emisi polutan yang dihasilkannya.

Ia mengatakan bahwa PLTU captive tidak hanya menghasilkan gas rumah kaca yang memperparah pemanasan global, tetapi juga sejumlah zat berbahaya seperti merkuri, arsenik, timbal, dan kadmium.

“Merkuri sebagai logam berat karsinogenik, berpotensi meningkatkan risiko kanker, sementara timbal dapat menurunkan IQ seseorang,” jelasnya.

Sementara itu, Bondan Andriyanu menekankan bahwa saat ini terjadi ketidakseimbangan aturan antara penggunaan batu bara dan pengembangan energi terbarukan.

“Teman-teman sebagai agent of change diharapkan bisa menciptakan teknologi, kebijakan, atau gerakan yang mendukung peralihan ke energi terbarukan,” pintanya.

Previous Post Munas IMSII Ke-7, HMJ SI UIN Alauddin Makassar Juarai Lomba Desain UI/UX
Next Post Mahasiswa S2 Kesmas UIN Makassar Edukasi Masyarakat Jeneponto Gizi Lokal untuk Atasi Stunting