Gambar Jurnalistik Profetik yang Akan Dikembangkan di UIN

Jurnalistik Profetik yang Akan Dikembangkan di UIN

UIN Online - Ada yang Harus beda antara keluaran Jurnalitik Universiats Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar dengan  jurusan Jurnalistik dari universitas lain.

Hal tersebut dinyatakan oleh Sekretaris Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Dr Firdaus Muhammad MAg ketika membawakan materi di dialog yang diadakan oleh jurusan Jurnalistik semester VII di Gedung Lecture Teater FDK, Rabu (28/12/2011).

"Salah satu yang akan menjadi pembeda adalah, di setiap skripsi yang disusun oleh mahasiswa mestinya punya ayat yang berkaitan dengan jurnalistik. Selain itu juga akan dikembangkan jurnalistik Profetik,"katanya,

Jurnalistik Profetik ini merupakan jurnalistik yang menggunakan pola kenabian. Isinya berusaha mengarahkan bagaimana mahasiswa jurusan Jurnalistik mencontoh sifat kenabian. Ini juga salah satu cara untuk menghidari kasus Fabrikasi Berita dan Trial By Press.

"Sifat kenabian yang harus dikembangkan, berfifat amanah, fatonah (cerdas), Siddiq (Kejujuran), dan punya misi utama sebagai dai atau tabliq,"tambahnya lagi.

Ia memaparkan bahwa sekarang ini ada kecenderungan media memang punya nilai edukasi. Namun, yang justru sangat menonjol dari sisi entertainnya. 

Dialog Jurnalistik FDK Dinilai Bertaraf Internasional

Dialog bertema Menyikapi Kasus Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik: Dari Babrifikasi  Berita Sampai Trial By Press selain menampilkan Dr Firdaus Muhammad, juga menghadirkan Koordinator Liputan Tribun Timur,  Thamsil Tahir.

Menurut Thamsil Tahir, dialog yang dilaksanakan oleh jurusan jurnalistik diakuinya sebagai kegiatan yang bisa dinilai bertaraf internasional.

"Ini merupakan dialog yang punya tema setaraf dengan penelitian doktor atau paling tidak bertaraf internasional," kata Thamsil Tahir.

Menurutnya, pengetahuannnya akan materi fabrikasi berita sangat minim. "Ini sangat ilmu pengalaman jurnalistik saya. Sekadar cerita, saya jadi wartawan bukan dari minor ilmu publistik atau jurnalistik seperti kalian. Pendidikan dasar, menengah, dan tinggi habis di pesantren," katanya.

"Terus terang saya keder melihat tema itu. Namun, dengan bismillah saya menulis pukul 21.00 Wita. Dengan dikejar-kejar dengan waktu saya ber-nawaitu. Niat berbagi saya ini menjadi tantangan untuk mendapat pengetahuan yang baru," tambahnya.

Namun, dalam dialog tersebut Thamsil Tahir banyak memberikan contoh kasus yang terjadi di Indonesia.  Sementara, Firdaus Muhammad yang membahas dari sisi akademisi memesan kepada calon jurnalis  agar  menjadi profetik seperti kenabian bukan propaganda.(*)

Previous Post Tim LDRH UIN Alauddin Juara 2 Kompetisi Essay Hukum Tingkat Nasional
Next Post Mahasiswa Keperawatan UIN Alauddin Makassar Raih Juara Kategori Video Ter-estetik