UIN Alauddin Online – Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar menggelar perhelatan literasi bergengsi berupa Seminar Internasional bertajuk "Badik, Politik, dan Pertaruhan Jati Diri di Sulawesi". Kegiatan yang dirangkaikan dengan peluncuran novel sejarah Membilang Bintang karya Umar Tamrin ini dilaksanakan di Ruang Rapat Senat Lt. 4 Rektorat UIN Alauddin Makassar, Selasa, 9 Desember 2025.
Hadir membuka kegiatan tersebut, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Hamdan Juhannis, MA., Ph.D, memberikan apresiasi tinggi kepada Fakultas Adab dan Humaniora serta penulis novel yang juga merupakan akademisi kampus tersebut. Dalam sambutannya, Prof. Hamdan menyebut novel ini sebagai karya monumental yang lahir dari ketekunan dan "egoisme positif" seorang intelektual dalam merampungkan gagasannya.
"Tidak ada karya besar yang lahir tanpa egoisme diri. Penulis hebat harus dibekali dengan sikap tersebut untuk merampungkan gagasannya di tengah kesibukan," ujar Prof. Hamdan di hadapan para peserta seminar.
Dalam sesi pemaparan, penulis novel Umar Tamrin menjelaskan bahwa karyanya hadir untuk mengisi ruang kosong dalam narasi sejarah Sulawesi Selatan periode 1930-1960an. Ia berusaha menggugat sejarah yang selama ini didominasi perspektif penguasa dengan mengangkat nasib rakyat kecil yang kerap menjadi korban konflik politik.
"Sejarah suatu bangsa bukanlah sejarah rakyatnya. Rakyatlah yang menulis ceritanya sendiri," tegas Umar. Ia menambahkan, politik yang rumit seringkali tidak dimengerti oleh masyarakat awam, namun dampaknya secara nyata merusak sendi kehidupan mereka hingga ke ruang paling privat.
Diskusi bergulir kian mendalam ketika Sastrawan Aslan Abidin menyoroti aspek psikologis masyarakat Sulawesi Selatan yang tercermin dalam novel ini. Aslan menyebut karakter keras orang Bugis-Makassar seringkali merupakan mekanisme pertahanan diri akibat sejarah panjang konflik dan kekerasan, mulai dari era kolonial hingga pemberontakan pasca-kemerdekaan.
"Kenapa kita menjadi suku yang paling susah tersenyum? Karena trauma besar. Sulsel itu seperti rumah sakit jiwa raksasa," ungkap Aslan dalam kutipan yang menggugah.
Menurut Aslan, Membilang Bintang penting dibaca generasi muda untuk memahami bahwa kekerasan adalah residu sejarah yang harus disembuhkan, bukan sekadar identitas yang harus dirayakan tanpa konteks.
Seminar ini juga menghadirkan perspektif global dengan kehadiran Guru Besar UC Berkeley, Prof. Sylvia Tiwon, dan Guru Besar UI, Prof. Melani Budianta secara daring. Prof. Melani memuji perspektif bahari dalam novel ini yang menawarkan cara pandang baru dalam membaca sejarah nusantara.
Menutup acara, CEO Nasmedia, Nur Amin Saleh, menyampaikan kabar gembira bahwa novel ini akan diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris pada tahun 2026 bekerja sama dengan Dalang Publishing (Amerika Serikat). "Karya semacam ini sangat penting. Bangsa ini ingin maju membutuhkan keberanian," pungkas Nur Amin.
Alat AksesVisi