Gambar Bukan dari Kalangan Aktivis

Bukan dari Kalangan Aktivis

MENDUDUKI jabatan Pembantu Rektor I Bidang Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin bukanlah cita-citanya sejak kecil. Nasib dan keberuntunganlah yang membawa Prof Dr H Ahmad M Sewang MA menempati posisi seperti saat ini.

Saat ditemui diruangannya oleh reporter UIN Online, Senin (5/12/2011) lalu, PR I UIN Alauddin Makassar ini membagi sedikit sejarah hidupnya ketika menjadi mahasiswa hingga ia berhasil seperti sekarang ini.

"Saya bisa seperti sekarang ini bukan karena saya berasal dari kalangan aktivis kampus baik ekstra ataupun intra kampus. Artinya banyak pilihan yang bisa dipilih saat masih mahasiswa, tak harus selalu aktivis," kata suami dari Dr Hj Syamsuduha Saleh MAg.

Apakah waktu mahasiswa sama sekali tak bergabung sebagai aktivis mahasiswa? PR I UIN Alauddin ini bukannya tidak ingin jadi aktivis kampus, tapi ketika pada masanya itu sangat banyak aktivis yang bersemangat membentuk organisasi ekstra sehingga sering bentrokan.

"Saat itu saya berpikir saya ini tidak ingin bertengkar dengan rekan-rekan lainnya yang ramai- ramai membentuk organisasi kampus. Pada waktu itu, saya memilih masuk ke organisasi non sekretariat seperti IMMIM," kata ayah tiga orang anak ini.

Melalui organisasi IMMIM tersebut, Ahmad Sewang muda, mengikuti beragam jenis kajian dan mengenal ilmuwan-ilmuwan mulai dari UNM (yang dulu IKIP), Departemen Agama (Depag), IAIN dan tokoh-tokoh lainnya.

Meski tidak menjadi aktivis kampus dan organisasi ekstra, tidak membuat ayah Muh Taslim ini menyesal. "Saya malah ingin berterima kasih pada Tuhan karena telah menemukan saya dengan organisasi ini. Sehingga bisa cepat selesai dibanding teman-teman dari aktivis kampus," kenangnya.

Kembali ke masa mahasiswa, pada tahun 1980, pria kelahiran tahun 1952 ini menyelesaikan studi strata satu (S1)-nya di Fakultas Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar. Sampai pada tahun 1982 ia terangkat jadi dosen Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar.

Dua Kali Kuliah S1

"Ketika saya jadi dosen, ada rasa tidak puas dalam diri saya dengan pengetahuan yang saya miliki. Hingga saat itu saya memutuskan untuk kembali melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta," kata ayah dari Munawir.

Tak putus sampai di situ saja, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Sulawesi Selatan ini kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi Program Pascasarjana (PPs) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 1997.

"Saat itu saya memilih untuk tidak cepat selesai dan lebih memilih untuk mengikuti program Penelitian, Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS) di Universitas Leiden Belanda selama setahun. Barusannya saya tidak ingin cepat selesai," jelasnya.

Pada masa itulah, Ahmad Sewang dipertemukan dan bisa mengenal lebih jauh dengan Prof Dr Hj A Rasdiana dan suaminya yang waktu itu menjabat sebagai Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam.

"Saat mereka datang ke Belanda, saya yang carikan hotel untuk menginap dan makanan. Karena di sana bukan daerah islam yang bisa menjual makanan halal di sembarang tempat. Saya naik sepeda ke warung Padang yang ada di Belanda pada saat itu," kata pria kelahiran 11 Agustus ini.

Perkenalannya dengan Prof Dr A Rasdiana memberikan kenangan tersendiri. Dan dari itu, Prof Dr Ahmad Sewang sempat ditunjuk sebagai Asisten Direktur (Asdir) II di Program Pascasarjana (PPs) IAIN Alauddin Makassar pada tahun 1998.

"Ini mungkin kalau kita berbuat atau membantu orang lain dengan ketulusan pasti akan mendapat balasan," kata Ahmad Sewang yang meraih gelar doktor tahun 1997 yang juga Guru Besar Sejarah Peradaban Islam ini.

Pada tahun 2003, ayah Muh Ihsan ini kembali mendapatkan  kepercayaan oleh Senat untuk memimpin PPs UIN Alauddin sebagai direktur. Bahkan ia terpilih untuk kedua kalinya pada tahun 2007.

"Saya mungkin termasuk orang yang cukup lama di PPs UIN Alauddin. Modal saya adalah bekerja secara profesional dan menjalin hubungan atau networking dari dalam dan luar negeri," kata pria kelahiran Plewali Mamasa (Polmas), Sulawesi Barat (Sulbar) ini.

Dan setelah direktur PPs UIN dijabatnya, pada tahun 2011, ia kembali dipilih menjadi PR I UIN Alauddin Makassar.

"PR I bukanlah sesuatu yang pernah terlintas di benak saya. Mempertahankan indepdensi  merupakan salah satu hal yang membuat saya tanpa beban, berbeda dan tidak terikat pada satu organisasi lainnya," katanya.

Dari Kampung Pesantren

Bagaimana dengan pengalaman belajar Islam? Ahmad Sewang berasal dari kampung yang sangat tradisional namun banyak melahirkan ulama. Ya, kampung Pambusuang, Sulawesi Barat, yang dulu masih masuk Kabupaten Polmas Sulawesi Selatan, disinilah ia dilahirkan.

"Saya lahir dan besar di sebuah desa yang bernama Pambusuang. Di kampung inilah saya banyak belajar karena disini banyak soal agama," lanjut ayah tiga anak laki-laki ini.

Pambusuang, sebuah desa di Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat, di tempat inilah mantan Ketua BPH Ibadah al-Markaz al-Islami ini ia dilahirkan. Dan dikenal banyak memproduksi ulama sejak awal abad ke-20.

Mengenal nama Pambusuang, tentu banyak lahir tokoh-tokoh besar di Indonesia. Di desa itu pula tempat kelahiran seorang pendekar hukum Prof Dr H Baharuddin Lopa SH. Kemudian mantan Rektor Unhas Prof Dr Basri Hasanuddin.

Ahmad Sewang kecil, juga tidak pernah membayangkan sedikit pun, bisa melanjutkan sekolah, apalagi bisa menyelesaikan sekolah pada jenjang S3. Betapa tidak, karena latar belakang kehidupan keluarga yang pas-pasan.

"Meskipun demikian Ibu yang sudah ditinggalkan ayah sejak saya masih bayi memasukkan saya di SRN di pagi hari dan Madrasah Diniyah di sore hari. Ibu agaknya mengharapkannya kelak saya menjadi seorang ulama, seperti dambaan kebanyakan orang di kampung," bebernya.

Tamat SRN, Ahmad M Sewang kecil masuk Sanawiyah Pesantren Nuhiyah di kampungnya. "Di situlah saya mulai belajar kitab kuning pada beberapa ulama. Dari masa itulah tumbuh minat baca saya yang berpengaruh sampai sekarang," kata penulis buku Masuknya Islam di Indonesia.

Hobi Membaca

Sejak kecil, Ahmad Sewang sangat hobi membaca. Tetapi, sayangnya ia mendapat kesulitan, karena di sekolahnya tidak tersedia perpustakaan. Walau begitu, seperti bunyi pepatah, "Di mana ada kemauan di sana ada jalan," membuatnya tak berhenti berusaha mencari bacaan.

"Untuk memenuhi minat baca, saya pernah bekerja sama dengan seorang penjual buku. Saya membantu menjualkan buku-bukunya dengan maksud agar bisa banyak membaca," kenang PR I UIN Alauddin Makassar ini.

Dan sebelum menutup ceritanya, Profesor ini menjelaskan kalau yang diraih saat ini tidak terlepas dari tiga hal yang selalu ditanamkan pada dirinya.

"Saya selalu menekankan tiga hal, yakni saya harus selalu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus bisa menyakinkan orang lain bahwa saya ini bisa bekerja, dan yang tak kalah penting hubungan dengan sang pencipta terus terjalin," kata mantan Wakil Ketua Umum DPP IMMIM ini. (Eka Novi Fitrianty B/UIN Online)

Data Diri
Nama:  Prof Dr H Ahmad M Sewang MA
Tempat, tanggal Lahir:  Polmas, 11 Agustus 1952
Pekerjaan:  Pembantu Rektor I UIN Alauddin Makassar                                         
Alamat:  Jl. Sultan Alauddin, Komp. Griya Fajar Mas Blok K 22 Makassar
Isteri:  Dr. Hj. Syamsuduha Saleh, M.Ag.
Anak-anak:  Muh Taslim, Muh. Ihsan, Munawir

Riwayat Pendidikan
1. SR Negeri dan Ibtidaiah Nuhiyah, tamat 1964/1965 di Pambusuang,
2. Tsanawiah Pesantren Nuhiyah Pambusuang, tamat 1969,
3. PGAN 4 thn, tamat 1971 di Wonomulyo
4. SP IAIN, tamat 1972 di Polewali
5. S1 Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar, tamat 1980
6. S2 Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tamat 1990
7. S3 Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tamat 1997

Organisasi
1. Pengurus Dewan Masjid Indonesia Wilayah Sulawesi Selatan, 2010-skrg
2. Ketua BPH Ibadah al-Markaz al-Islami, 2005-skrg
3. Wakil Ketua Umum DPP IMMIM, 2008-skrg
4. Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Sulawesi Selatan, 2011-skrg

Previous Post Riset Peternakan Sapi di Bulukumba, WR III UIN Alauddin Makassar dan Tim Dapat Dana Hibah Rp 5 M
Next Post Dua Tim Dosen UIN Alauddin Makassar Lolos Pendanaan Riset, Dapat Rp10 M