Gambar Asosiasi Professor Indonesia Bahas Kebebasan Akademik

Asosiasi Professor Indonesia Bahas Kebebasan Akademik

UIN Online - Dalam lingkup ruang kampus, academic freedom atau kebebasan akademik akhir- akhir ini tengah menjadi perbincangan serius di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Ini menyangkut pro kontra UIN Alauddin menerima mahasiswa nonmuslim dan permasalahan Prof Dr Jalaluddin Rahmat (JR) yang "beraliran Syiah" yang dilarang keras oleh Front Pembela Islam (FPI) untuk menyelesaikan program doktornya di UIN.
    
Dua poin tersebut melandasi Asosiasi Professor Indonesia (API) mengadakan dialog bertema Kebebasan Akademik, Kamis (12/08/2011). Kegiatan tersebut dilaksanakan di gedung Traing Centre lantai VII kampus I UIN. Dihadiri kurang lebih 20 professor.
    
Prof Dr Basri Hasanuddin MA (mantan Rektor Unhas) ikut membahas kebebasan akademik secara global dengan kondisi di Indonesia. Sedangkan, Prof Dr Ahmad Sewang (Pembantu Rektor I UIN Alauddin) membahas mengenai kebebasan akademik dalam Sejarah Islam.
    
Menurut Prof Sewang, terdapat gejala sekarang ini, ada kelompok yang tidak memberi ruang perbedaan dan cenderung menghakimi karena tidak sependapat. Jika ulama sekaliber Quraish Shihab dan Mahmud Saltout dipersalahkan karena mentoleransi perbedaan, apalagi yang lain.
    
"Masih mending jika disalahkan, tetapi disuruh bertobat (QM), dihakim in absensia (seperti yang dialami Fajhlur Rahman di Pakistan, Abd Karim Sorush di Iran, Mahmud Taha di Sudan, Abu Zayd di Mesir, Harun Nasution dan Nurcholish Madjid. Ada juga diancam (JR, Tribun Timur, 7 Agustus 2011), bahkan dihukum bunuh (Faodah). Jika ini yang terjadi, kita telah mundur dan kembali  ke zaman Khawarij," papar Prof Sewang.
    
"Jika Anda mengikuti alur pendapat di atas, sama sekali saya bukanlah otomatis menjadi pendukung satu kelompok, apalagi dituduh agen Syiah, tetapi melainkan saya memiliki cita-cita besar agar umat Islam Al-taqrib Baenal Mazahib atau bergandengan tangan antara pemeluk mazhab, seperti istilah Quraish Sihab. Bahkan saya berpandangan semua mazhab dalam Islam bukanlah wahyu melainkan produk sejarah. Bagi saya, `Islam yes, mazhab no' ," tambahnya. (*)

Previous Post Tim LDRH UIN Alauddin Juara 2 Kompetisi Essay Hukum Tingkat Nasional
Next Post Mahasiswa Keperawatan UIN Alauddin Makassar Raih Juara Kategori Video Ter-estetik