Gambar Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahu Akbar

Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahu Akbar

UIN Online – Alahamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar, begitulah ucapan sapa yang diungkapkan pembawa orasi ilmiah yang dibawakan oleh Ihsan Iswaldi MSi DEA, kandidat doktor ilmu kimia dari universitas de Granada Spanyol.

Orasi ilmiah disampaikan di hadapan lebih dari 2500 peserta kuliah umum dan kuliah perdana mahasiswa UIN Alauddin Makassar tahun akademik 2010/2011, di gedung auditorium Kampus II UIN Samata, Gowa.

Di hadapan mahasiswa baru, pimpinan universitas yang terdiri rektor, para pembantu rektor, para dekan dan para ketua lembaga, Ihsan membawakan kuliah umum dengan judul  ‘Belajar Tiada Henti Walau Keujung Dunia.’

Dalam pemaparannya, Ihsan Iswaldi mengajak para peserta  yang mengikuti orasinya untuk berkaca dari kegemilangan peradaban Islam tempo dulu, serta menjadikannya sebagai motivasi untuk memajukan Islam kembali berjaya seperti masa kejayaan Islam masa lalu.

“Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam, jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains, di samping pembangunan fisik. Peradaban Islam membawa pengaruh yang cukup besar di Eropa. Hal tersebut bermula dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, Granada, dan Salamanca mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim dan memanfaatkannya di negara mereka masing-masing,” papar ihsan.

Ihsan Iswaldi memaparkan makalahnya yang terdiri dari tiga bagian. Pertama,  bagaimana sebenarnya psikologi belajar, apa sebenarnya arti penting belajar dan beberapa hal yang menjadi penghambat seseorng dalam belajar seperti lupa dan jenuh.

Kedua, berbagi pengalaman mengenai kehidupan akademik di luar negeri. “Kejujuran adalah hal yang utama. Beberapa hal akibat ketidakjujuran khususnya dalam hal akademik antara lain pelakunya dapat dikeluarkan dari program studi bahkan dari negara yang bersangkutan, tidak hanya itu institusi tempat kejadian dan institusi pengirim juga akan disanksi berupa sanksi sosial dan administrasi,” ungkap pria kelahiran Bukit Tinggi 31 Juli 1982 ini.

Dijelaskan pula bahwa hal yang dianggap sebagai  ketidakjujuran ini adalah menyontek atau bekerja sama dalam ujian, plagiarisme, telat menyerahkan tugas, memalsukan data, dan memalsukan tanda tangan.

Pada bagian akhir makalahnya, Ihsan mencoba untuk mengajak para peserta kuliah umum untuk mengambil kesempatan kuliah di luar negeri. Ia menyajikan aplikasi beasiswa keluar negeri dan mengemukakan beberapa situs referensi beasiswa, karena menurutnya  banyak peluang untuk belajar di luar negeri.
Previous Post Riset Peternakan Sapi di Bulukumba, WR III UIN Alauddin Makassar dan Tim Dapat Dana Hibah Rp 5 M
Next Post Dua Tim Dosen UIN Alauddin Makassar Lolos Pendanaan Riset, Dapat Rp10 M