Gambar NII Kebodohan dalam Memaknai Teks Al-Qur'an dan Hadits

NII Kebodohan dalam Memaknai Teks Al-Qur'an dan Hadits

UIN Online - Negara Islam Indonesia (NII) yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan dipandang sebagai suatu "kebodohan dalam memaknai teks-teks Al-Quran dan Hadits yang tidak metodologis."

Hal ini diungkapkan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang juga Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Prof Dr Arifuddin Ahmad MAg ketika ditemui reporter UIN Online, Kamis (05/05/2011).

"Sebenarnya penyebab utama munculnya paham-paham seperti NII ini ada dua yaitu faktor pemerintah yang tidak berhasil mensejahterakan rakyatnya serta pemahaman keagamaan yang sangat kurang," ujarnya.

Masyarakat berada dalam kondisi "jenuh" terhadap kondisi negara kita ini sehingga orang yang tidak memiliki iman dan intelektual menempuh jalannya sendiri untuk sejahtera misalnya dengan mencuri, mencopet, merampok, dan sebagainya.

Begitupula dengan orang yang berintelktual, mengungkapkan kejenuhannya dengan melakukan demo dan segala macamnya. Serta orang yang mengungkapkan kejenuhannya dengan dalih jalan yang lebih suci inilah yang memunculkan paham-paham seperti NII dan sebagainya. Paham-paham seperti inilah yang memaknai jihad dengan pemaknaan yang salah.

Di samping itu, Indonesia juga merupakan negara yang berpotensi memunculkan paham-paham yang bertentangan dengan islam yang sebenarnya. Karena penduduk yang menganut islam sangatlah besar, sehingga memunculkan upaya-upaya orang luar untuk mengobrak-abrik negara ini. "Inilah yang saya sebut penjahiliyaan terus berjalan di negeri ini," ujarnya.

Ketika ditanya mengenai potensi NII di UIN Alauddin, Prof Arifuddin mengaku optimis tidak akan berkembang di UIN Alauddin. "kampus kita ini pokok kajiannya adalah kajian sumber (Al-Qur'an dan Hadits), jadi saya optimis NII tidak akan bisa berkembang di UIN Alauddin," katanya.

Prof Arifuddin mengatakan bahwa pekerjaan umat islam sekarang ini bukanlah menyoroti masalah furuiyyah (khilafiyah) dalam ajaran agama, akan tetapi bagaimana kita bisa menyatu atas nama kesatuan iman untuk memusuhi orang-orang yang ingin menistakan Islam. (*)
Previous Post LP2M UIN Alauddin Makassar Sukses Dukung Program Prioritas Sulsel Melalui Pengabdian Masyarakat
Next Post GenBI Sukses Gelar The Article Writing Competition Batch 2