Gambar Ishak Ngelajaratan Tidak Pusing dengan Aliran Sesat

Ishak Ngelajaratan Tidak Pusing dengan Aliran Sesat

UIN Online - Budayawan Sulsel, Drs Ishak Ngeljaratan tidak pusing dengan adanya aliran sesat yang marak dibicarakan oleh media akhir-akhir ini. Hal ini disampaikannya di acara temu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Indonesia Timur Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar di gedung Training Centre UIN Alauddin Makassar, Rabu (15/06/2011).

"Saya tidak pusing dengan adanya aliran sesat di Indonesia. Jika alirannya sesat, setidaknya akalnya masih bagus. Tapi, jika kelakuannya sesat itu yang jadi masalah. Sebab semua manusia dibuatnya jadi susah," kata Ishak.

Kelakuan sesat dinilai sangat merugikan masyarakat, bangsa, dan Negara. "Mulai dari tanah dan  laut digerus dengan habis," tambah Ishak ketika membawakan makalah yang berjudul Keberagaman Agama dalam Menciptakan kerukunan Bermasyarakat "Aliran Sesat, terorisme, dan Konflik SARA di Indonesia."

Ishak menyatakan bahwa hanya orang bodoh yang tidak mau menerima Islam. Islam yang dimaksud olehnya adalah Islam dalam bentuk tingkah laku, perkataan, dan hubungan kepada sesama. Jadi bukan Islam dalam bentuk simbol-simbol.

"Bagaimana jika kita bongkar masjid dan gereja sehingga tidak ada lagi sekat-sekat yang selalu membuat perpecahan. Kita kemudian berpegangan tangan dalam kebersamaan dengan pijakan tanah dan beratapkan langit," katanya.

Ditambahkan oleh guru besar UIN Alauddin, Prof Dr Hamdan Juhannis , bahwa kelakuan sesat tersebut dimulai dari ketidakjujuran. Ketika para peserta ditanya siapa yang tidak pernah menyontek sejak kecil, tidak ada yang mengangkat tangan sama sekali.

"Menyontek adalah varian lain dari bohong. Korupsi juga merupakan bagian dari varian tersebut. Meskipun Indonesia mayoritas beragama Islam, akan tetapi pelaku yang tak terpuji ada di mana-mana," kata Prof Hamdan.

Prof Hamdan saja mengatakan bahwa orang yang tak beragama jusru kadang bersifat lebih Islami dari orang Islam sendiri. Mulai dari etos kerja, kejujuran, dan kedisiplinan. "Mungkin lebih bagus jika kita tidak tidak beragama. Karena justru orang yang beragamalah yang sering mengatasnamakan agama untuk melakukan kekacauan," kata Prof Hamdan. (*)

Previous Post Tim LDRH UIN Alauddin Juara 2 Kompetisi Essay Hukum Tingkat Nasional
Next Post Mahasiswa Keperawatan UIN Alauddin Makassar Raih Juara Kategori Video Ter-estetik