UIN Alauddin Online - Dr Alwan Suban M Ag mengatakan perlu penguatan Integrasi Keilmuan yang telah lama di bangun UIN Alauddin Makassar. Menurutnya, untuk mewujudkan konsep itu perlu diterapkan dukungan dari pemangku kebijakan.
"Penguatan SDM yang mumpuni, kurikulum yang terintegrasi, terintegrasinya Tridarma Perguruan Tinggi, yang tidak kalah penting sarana dan prasarana yang memadai serta wujudkan atau fungsikan Ma'had Al-jamiah," ujar Alwan dalam keterangan tertulis, Senin (20/6/2022).
Usulan itu didapatkan alumni Doktor Universitas Muslim Indonesia itu, dalam kajian disertasinya yang berjudul Manajemen Perubahan dalam Spektrum Integrasi Keilmuan (Studi Alih Status IAIN menjadi UIN Alauddin Makassar.
Alwan Suban menjelaskan, konsep Integrasi keilmuan itu bermula seiring perubahan UIN Alauddin Makassar berdasarkan Perpres RI No. 57 tahun 2005 tanggal 10 Oktober 2005.
"Ini merupakan salah satu komitmen yang kuat UIN Alauddin dalam mewujudkan suatu lembaga pendidikan tinggi kredibel dalam menginplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan konsep Integrasi keilmuan sebagai nilai jual," ujarnya.
"Saya teringat hasil wawancara dengan salah seorang mantan Pimpinan UIN Alauddin dalam rangka penyelesai Doktor, beliau ditanya Tim Menpan/RB dan Bapenas. Apa bedanya antara Unhas, UNM dengan UIN Alauddin beliau menjawab Integrasi antara sains, teknologi dan Agama," sambungnya.
Alwan menjelaskan, konsep Integrasi Keilmuan lahir dari beberapa cendikiawan Muslim di Eropa diantaranya, Ismail. R Al Faruqi, Ziauddin Sardar, Syed Naquid al Atas dan Ali Syariati.
Sementara di Indonesia, A M Saefuddin dengan konsep Desekularisasi, M. Dawan Raharjo dengang konsep Ekonomi Islam, dan Prof Dr Kuntowijoyo M A. Sedangkan dikalangan PTKIN, Prof Amin Abdullah Ide jaringan laba-kaba keilmuan.
Selanjutnya, Prof Azyumardi Azra, menyatukan ayat ayat qawliyyah dan ayat ayat kawniyyah. Prof Iman Prayoga, konsep pohon ilmu dan Prof Azhar Arsyad Cemara ilmu.
Alwan juga menemukan, konsep integrasi itu sudah lama di UIN Alauddin Makassar. Menurutnya setiap kepemimpinan Rektor memiliki konsep Integrasi.
Hal itu ketika dimasa kepemimpinan Prof Saleh Putuhena dengan Integrasi agama dan budaya. Kemudian, Prof Muin Salim dengan kampus Rabbani, menyatukan Fikir zikir dan kalbu.
Selanjutnya, Prof Azhar Arsyad dengan konsep Cemara ilmu lalu Prof Qadir Gassing dengan konsep Rumah Peradaban. Kemudian dikembangkan Prof Musafir. Kemudiaan dintegrasikan atau dituangkan dalam visi, misi, RIP, Renstra, Kurikulum ,dan Tridarma Perguruan Tinggi.
"Dari hasil penelusuran saya baik melalui dokumen, pedoman, regulasi, serta implementasi dilapangan saya berkesimpulan bahwa, konsep integrasi keilmuan pada UIN Alauddin lebih mengarah kepada model integrasi-interkoneksi antara ilmu keislaman dan ilmu umum," paparnya.
Konsep integrasi keilmuan pada tataran Idelogis, lanjut Alwan Suban didasarkan kepada keyakinan bahwa segala ilmu bersumber dari yang satu yaitu Allah SWT.
"Integrasi-interkoneksi antar ilmu-ilmu umum dan nila-nilai ajaran Agama dengan mewajibkan Mahasiswa memahami Nilai-nilai agama, Ayat-ayat Hikmah, Ayat-ayat hakekat agama dan Retorika kaum bijak," pungkasnya.