UIN Online - “Orang tidak pernah bernyanyi, kecuali dikamar mandi. Ada sesuatu kekuatan didalam air. Orang – orang tertarik pada air, spa dan sungai suci. Perempuan yang hendak bersalin pun juga tertarik pada air. Itulah sedikit filosofi tentang air pada waterbirth,” tutur penulis buku Gentle Birth and Art of Water Birth Yessi Aprillia. Yessi mengatakan ini pada seminar nasional yang menghadirkan ratusan calon bidan se – Sulsel. Minggu, (01/12/2013)
Perempuan kelahiran Klaten, Jawa tengah ini mengatakan kekurangan Water Birth adalah mengurangi kekuatan dan frekuensi kontraksi uterus, terutama bila digunanakan dalam fase aktif, kemungkinan terjadinya aspirasi pada bayi.
“perkiraan volume pendarahan dan penangannanya sulit dilakukan pada saat ibu masih dalam air dan secara teori ibu masih memiliki risiko emboli air. Kegiatan yang berkerjasama dengan Ivent Organizer Phinisi Institute ini berlangsung di Aula STIAN LAN Makassar,”tambahnya.
Terakhir, dia merekomendasikan beberapa penggunaan metode waterbirth. Diantaranya adalah Bidan seharusnya mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari waterbirth kepada pasien.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa tanda – tanda vital dan detak jantung janin harus dalam keadaan normal, detak jantung janin harus selalu dimonitor saat ibu berada dalam air, memeprtahankan dan memonitor suhu air sekitar 36 sampai 37,5 derajat celcius, suhu ibu juga harus dalam pengawasan.