UIN Alauddin Online - Dosen Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar, Dr. Ir. A. Muhammad Syafar, A.Md., S.T., M.T., IPM, narasumber di program Nusantara Pagi Mozaik Budaya RRI Pro 4 Makassar pada Jumat, 25 Oktober 2024. Ia membahas Pariwisata di Era Digitalisasi.
Eks Sekretaris Teknik Informatika ini menyoroti potensi besar teknologi digital dalam mempromosikan pariwisata Indonesia ke tingkat global, sekaligus menggarisbawahi berbagai tantangan yang perlu diatasi. Menurut Dr. Syafar, digitalisasi memberi peluang emas bagi sektor pariwisata.
"Destinasi-destinasi tersembunyi kini bisa menjadi populer berkat rekomendasi online dan ulasan dari para wisatawan di platform digital. Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk citra destinasi. Visualisasi yang kuat di platform seperti Instagram atau YouTube memungkinkan wisatawan melihat pesona tempat-tempat eksotis, budaya lokal, dan kuliner khas dari berbagai belahan dunia," jelasnya.
Dr Muhammad Syafar menjelaskan lebih jauh kemudahan akses aplikasi booking penginapan juga mendukung wisatawan dalam menemukan akomodasi sesuai anggaran dan preferensi mereka. Digitalisasi ini berdampak signifikan terutama bagi usaha pariwisata kecil, meningkatkan jangkauan pemasaran dan membantu menggerakkan ekonomi lokal.
Namun, peluang besar ini tak lepas dari tantangan yang kompleks. "Ketergantungan pada teknologi juga memiliki risiko, terutama terkait privasi dan keamanan data wisatawan. Informasi pribadi yang disimpan pada platform online rentan bocor dan disalahgunakan," ujar Dr. Syafar.
Ia juga menggarisbawahi fenomena “overtourism,” yaitu ledakan kunjungan wisatawan di destinasi tertentu yang populer di media sosial. Hal ini tidak hanya merusak lingkungan alami, tapi juga dapat mengganggu keseimbangan budaya lokal.
Untuk menghadapi tantangan ini, Dr. Syafar menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat lokal. Regulasi yang melindungi privasi wisatawan dan pengelolaan data wisata sangat penting untuk membangun kepercayaan.
"Teknologi reservasi online dapat digunakan untuk mengatur jumlah kunjungan, mengurangi kerumunan di destinasi populer," jelasnya. Selain itu, pemerintah dan pelaku industri dapat memanfaatkan teknologi untuk mengedukasi wisatawan tentang etika berwisata yang ramah lingkungan.
Di era digital, pariwisata bisa menjadi lebih inklusif dan berdaya saing tinggi. Masyarakat lokal dapat terlibat dalam promosi dan pemasaran budaya mereka melalui platform e-commerce dan media sosial, menawarkan produk-produk budaya, kerajinan khas, serta pengalaman wisata otentik seperti tur budaya atau kelas memasak. Langkah ini memberikan manfaat ekonomi sekaligus mengenalkan wisatawan pada nilai-nilai budaya setempat.
Keberhasilan pariwisata digital yang berkelanjutan memerlukan sinergi lintas sektor. Dr. Syafar mengajak pemerintah, komunitas lokal, dan pelaku industri teknologi untuk bersama-sama menciptakan infrastruktur digital yang aman dan ramah pengguna. Pelatihan literasi digital bagi masyarakat juga diperlukan agar mereka bisa memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan usaha di sektor pariwisata.
Sebagai penutup, Dr. Syafar mengingatkan pentingnya mengedepankan pendekatan berkelanjutan. Teknologi dapat digunakan untuk memantau kepadatan pengunjung, dan kampanye pariwisata bertanggung jawab bisa terus disebarkan melalui media sosial, mendorong wisatawan untuk peduli terhadap lingkungan, menghormati budaya lokal, dan menjaga kelestarian alam.
"Pariwisata di era digital adalah peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi dan interaksi budaya. Dengan pendekatan yang tepat, kita bisa membangun sektor pariwisata yang berkelanjutan, memberi manfaat bagi semua pihak, dan tetap menjaga keindahan dunia untuk generasi mendatang," pungkasnya.