TIDAK semua manusia menjalani kehidupaannya yang diberikan Allah Swt dengan cara yang mulus-mulus saja. Ada yang sekolah dari kecil hingga dewasa dibiayai orang tua. Namun tidak sedikit pula yang tak bisa kuliah atau membiayai diri sendiri untuk bisa merasakan bangku kuliah.Nah, pengalaman yang terakhir itulah yang dialami mahasiswa bernama Rudiyanto Zainuddin ini. Dia mengaku, merasakan pahit dan manisnya kehidupan. Terutama di perantauan di Makassar saat ia memutuskan kuliah di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin.Bahkan Rudiyanto mengaku sejak kecil sudah merasakan hidup susah. Ketika kelas V Sekolah Dasar (SD) keluarganya terpisah. Dia terpaksa ikut neneknya ke Bima, Nusa Tenggara Barat, demi melanjutkan sekolahnya. Sementara kedua orang tuanya berada di kampung kelahirannya yakni Flores, Nusa Tenggara Timur.Lalu perjalanan hiduplah yang kemudian membawa sosok yang akrab dengan panggilan Anto ini sampai di Makassar. Modal Rp 1 juta dari ayahnya dibawa dari kampung untuk melanjutkan kuliah di UIN Alauddin angkatan tahun 2007.Namun tantangan berat pun dihadapinya. Perjuangan untuk bisa tetap kuliah dirasakannya ketika menginjak semester III. Dia diperhadapkan pada pilihan bertahan kuliah atau pulang karena tidak punya biaya untuk lanjut studi."Saat itu saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Ada kabar dari kampung kalau sudah tidak ada biaya lagi dan disuruh pulang. Di sisi lain, saya ingin terus lanjut karena sayang jika tidak meneruskan kuliahku," kata Anto yang mengaku baru kali ini dia menceritakan perjalanan kehidupannya kepada orang lain.Namun Anto tak ingin berputus asa. Di tengah pilihan pulang atau bertahan di Makassar meski dengan kondisi keuangan memprihatinkan, ia pun memilih untuk terus kuliah. "Ketika saya sedih, SB eSA-lah yang mengajarkanku untuk tabah. Organisasi itu yang mengajarkanku untuk mengerti tentang hidup,"katanya.Dan berbekal punya kemampuan jiwa seni dalam dirinya itulah, Anto mencoba mencari jalan untuk memanfaatkannya menutupi kebutuhan kuliahnya. Dan seperti peribahasa, banyak jalan menuju roma, tidak ada jalan jika kita terus berusaha, Anto pun bisa mengajar dan memberikan les-les di sekolah-sekolah. Bahkan hingga kini, ia tercatat sebagai pengajar tari di sebuah sekolah menegah atas (SMA).Selama kuliah, dia juga bukan mahasiswa sembarangan. Beberapa prestasi telah diraihnya, dua kali juara I lomba Cipta dan Baca Puisi. Pertama kali ketika ikut omba cipta dan baca puisi Kelopak Universitas Negeri Makassar (UNM) 2011 dan Juara I Lomba Cipta dan Baca Puisi Universitas Hasanuddin (Unhas) 2010.Ketika ditanya cita-citanya hendak jadi apa, dia menyatakan bahwa Master of Ceremonial (MC) yang andal menjadi mimpinya. Meski berlatar dari jurusan pendidikan biologi di fakultas tarbiyah dan keguruan (FTK), namun itu tidak menyurutkan langkahnya untuk meraih mimpi tersebut."Saya menyukai suaraku. Makanya setiap ada kegiatan besar dan MC-nya bagus, saya pasti datang untuk mendengarnya. Saya benar-benar menyukai MC. Ketika saya ingin sesuatu, saya tidak akan berhenti sebelum mendapatkannya. Saya tidak pernah setengah-setengah,"ujar anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Budaya (SB) eSA ini.Gadaikan BPKBUntuk menyelesaikan skripsi yang baru saja selesai ditulisnya Agustus 2011 lalu, ia mengakui sempat kewalahan. Terpaksa dia harus mengadaikan motornya untuk membeli laptop. Dari situ kemudian dia mencari uang lagi dan berusaha untuk mencicil motornya untuk bisa mendapatkannya kembali.Salah satu cara untuk mencari uang adalah mengurus beasiswa di fakultas. Namun, dia sempat merasa lucu juga ketika dikatakan bahwa dia cukup mampu oleh ketua jurusannya sebagai mahasiswa yang tergolong mampu karena punya motor dan laptop. Padahal itu diraihnya dengan susah payah."Tidak mungkin saya memakai pakaian yang gembel atau compang camping ke kampus. Orang yang miskin tidak bisa ditunjukkan hanya dengan pakaian yang robek-robek. Menurut saya, pakaian itu yang mengambarkan pribadi dan identitas seseorang," katanya lebih lanjut.Terharu Pakai TogaRasa haru begitu dalam dirasakan Anto ketika akhirnya ia bisa memakai toga saat wisuda. Bagaimana tidak, dia sadar betul bahwa perjalanan menyelesaikan perkuliahan di UIN Alauddin tidak mudah. Semua berasal dari hasil keringatnya sendiri."Saya merasa begitu terharu saat diwisuda. Saya menikmati betul peristiwa tersebut. Menikmatinya detik demi detik. Juga ketika kemudian bisa ikut tampil dalam pementasan tarian Kun saya baru-baru ini," katanya.Namun, dia juga menyatakan bahwa teman-temannya dari jurusan Pendidikan Biologi marah kepadanya. Mereka pernah berjanji akan selesai sama-sama pada bulan Desember 2011 mendatang. Namun, Anto berusaha memberikan penjelasan kalau harus selesai September 2011 karena kondisinya yang tak memungkinkan."Saya tidak punya uang lagi untuk membayar SPP. Makanya, dengan berat hati saya mendahului teman-teman saya. Karena kecewa, pada hari wisudaku, mereka tidak ada datang. Tidak ada masalah, tapi semoga mereka mengerti," katanya.Meski tanpa teman-teman saat wisuda, ia tetap senang. Skripsinya yang berjudul Efektivitas Penggunaan Paket Pembelajaran Blog Sebagai Sumber Belajar Mandiri Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi di Kelas XI SMA Neg III Makassar, bakal diterbitkan di jurnal ilmiah di jurusannya. (UIN Online l Suryani Musi)