Sai bin Julbair melewati Wahb bin Munabbih. Ia pun singgah menemui Wahb serta mengadukan kesusahan dan pembuan yang didapatnya dari at-Hajjaj.
Wahb bin Munabhbih lalu berujar:
Sesungguhnya para wali Allah, bila diperjalankan di jalan Iesusahan, mereka justru berharap, dan jika diperjalankan di jalan kesenangan, mereka justru takut.
Kalimat pendek ini meresap dalam kalbu Said latu menetap.
Tokoh-tokoh ini, kalbu mereka hidup dan selalu menyala.
Jika melihat kebenaran, kalbu mereka terbang mepujunya, walaupun kebenaran itu ada di dalam mulut binatang buas berbahaya, tanpa peduli dengan sesuatu pun. Dan, begitulah, Sa'id mengambil kalimat itu dan berlalu di jalan kesusahan sampai ujung. Al Hajjaj membunuhnya, dan merasa lega dengan membunuhnya! Padahal, Sa'id adalah orang yang doanya mustajab
Seandainya ia mendoakan keburukan atas al-Hajjaj, tentu Allah menghancurkan al-Hajjaj, tetapi ia tidak lakukan itu.
la bersabar atas gangguan dan siksaan al-Hajjaj seraya memandang Allah.
Al-Rabi bin Abu Muslim bercerita:
Aku menemui Said bin Jubair ketika ia dibawa kepada al-Hajjaj dan ia diikat dengan rantai besi. Aku pun menangis. Ia lalu bertanya kepadaku, “Apa yang membuatmu menangis?”
Aku menjawab, "Keadaanmu yang kulihat”
la berkata, “Janganlah menangis. Sesungguhnya, telah ada dalam ilmu Allah Yang Mahagagah lagi Mahaagung bahwa ini akan terjadi."
Ia kemudian membaca: "Tidaklah suatu musibah menimpa di bumi dan tidak pula pada diri kalian melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya.” Kami telah mengatakan bahwa Said adalah orang yang pe mustajab. Manakala waktu pembunuhannya telah tiba, ia perdoa atas al-Hajjaj: 'Ya Allah, janganlah Kaukuasakan dia atas seorang pun setelahku” . Dan, itu benar-benar telah terjadi! Allah membinasakan al-Hajjaj sepeninggalnya secara mudah!" Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit..