Oleh:  Ahkam Jayadi
Dosen Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin  Makassar


    Penulis tertarik membaca tulisan dari Kepala Puskom UIN Alauddin tentang TIK UIN (20 Desember 2010). Dari tulisan itu terbetik sebuah keresahan dan kehawatiran tentang realitas pengelolaan dan pemeliharaan TIK UIN sekarang dan kedepan.
    Sekitar 10 tahun lalu menjelan proses pemilihan rektor (periode pertama Pak Ashar) penulis telah menulis artikel di koran lokal daerah ini tentang membawa UIN (IAIN ketika itu) ke area research university. Dengan tepilihnya Pak Azhar sebagai Rektor periode pertama, dengan latar belakang beliau sebagai seorang intelektual modernis dengan segudang pengalaman luar negeri dan tekad beliau untuk membawa UIN sebagai perguruan tinggi terdepan. Hanya sayang hingga kini impian itu belum terwujud secara maksimal. Harapan untuk tampil sebagai perguruan tinggi modern dengan TIK nya hanya sebatas memanfaatkan Tik yang ada untuk kebutuhan: pengetikan, internet, sehingga  pegawai dan staf yang ada hanya memanfaatkannya untuk chatting dan ber internet ria.
    Salah satu hal mendasar yang penulis sering kemukakan dalam berbagai pertemuan termasuk ketika penulis menjadi anggota Senat Universitas adalah mewujudkan TIK dalam jaringan komputerisasi segala urusan administasi Civitas akademika UIN Alauddin. Penulis masih ingat ketika kuliah di tahun 1981 di salah satu PTN di daerah ini maka segala proses administrasi civitas akademika telah dilakukan melalui komputerisasi, sehingga tidak ada lagi urusan manual misalnya untuk mengetahui dan mengecek nilai mahasiswa. Setiap semester kita hanya menerima Rapor berupa secarik kertas dengan nilai mata kuliah yang di lulusi dan jumlah sks yang dapat di ambil pada semester berikutnya. Termasuk memfungsikan kartu mahasiswa sebagai ATM dan alat untuk mengakses nilai mahasiswa dalam proses belanja mata kuliah.
    Demikian juga contoh lain anak saya yang kini mahasiswa di salah satu PT di Bandung, segala proses perkuliahannya dapat saya akses di Makassar. Jumlah mata kuliah dan sks nya, prosentase perkuliahannya, keaktifannya sebagai mahasiswa baik dalam organisasi intra dan ekstra serta nilai akhir semesternya.
    Hal ini sebenarnya mudah untuk diwujudkan dalam jaringan TIK UIN tapi entah kenapa sampai kini hal itu belum terwujud hingga kini bahkan menjelan hari-hari akhir jabatan Pak Azhar. Apa yang selama ini sudah menjadi hal biasa di PT lain bagi kita di UIN masih sesuatu yang asing.
    Jangan pernah bermimpi UIN Alauddin menjadi PT moderen dan terdepan apalagi menuju research universty bila fasilitas infra dan supra strukturnya saja telah jauh dari TIK yang modern dan terimplementasikan dalam realitas bukan sekedar produk komputer dengan segala fasilitasnya yang produk luar negeri dan mahal tapi tidak terimplemntasi dalam mempermudah segala kegiatan admnistrasi dan pelayanan akademik serta perkulihan segenap civitas akademika UIN Alauddin Makassar. Kapan segenap civitas akademika UIN Alauddin dapat menikmati dan memanfaatkan TIK (komputerisasi) dalam segenap proses administrasi dan perkuliahan  serta kenaikan pangkat bukan sekedar dipakai untuk mengetik surat-surat.