Pada saman dahulu, ada seorang raja Bani Israil yang diberi tahu tenteng seorang ahli ibadah yang amat taat. Raja itu lalu memerintahkan agar ahli ibadah itu dihadirkan kepadanya.
Setelah abli ibadah yang amat taat itu datang di hadapannya, raja mengajukan tawaran agar ahli ibadah tersebut bersedia mendampinginya dan tinggal di istananya. “Ucapan Tuan sangat indah,” kata ahli ibadah itu. “Namun, jika suatu hari aku tinggal di istanamu, kemudian engkau melihatku sedang bermain-main dengan budak perempuanmu, apa yang akan engkau lakukan?”
Mendengar pertanyaan itu, raja marah dan berkata kepadanya, "Lancang benar engkau mengatakan itu kepadaku!”
Ahli ibadah itu menukas, “Aku memiliki Tuhan yang Maha Pemurah. Meski Dia melihatku dengan tujuh puluh dosa dalam sehari, Dia tidak akan marah kepadaku dan tidak akan menghalangiku masuk ke pintu-Nya, serta tidak akan menghalangiku untuk mendapatkan rezeki dari-Nya. Jadi, bagaimana mungkin aku bisa berpisah dari pintu-Nya untuk tinggal di tempat orang yang penuh dengan kemarahan, bahkan sebelum aku melakukan kesalahan apa pun. Entah apa yang akan terjadi kalau engkau benar-benar melihatku melakukan kesalahan.”
Setelah berkata demikian, ahli ibadah itu pun beranjak meninggalkan raja. Kitab An-Nawadir karya Syekh Al-Qalyubi.
