یَوۡمَىِٕذࣲ تُحَدِّثُ أَخۡبَارَهَا بِأَنَّ رَبَّكَ أَوۡحَىٰ لَهَا
Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) padanya. [Surat Az-Zalzalah: 4]
Apa sih perubahan besar yang bisa mengubah hidupmu? Bagi saya, itu adalah pengetahuan. Bertahun-tahun yang lalu, guru saya mengajarkan, "Anggap semua yang ada (terlihat) ini adalah "mata-mata Allah (CCTV) bagimu." Sejak saat itu, perubahan besar terjadi dalam melihat apa pun.
Syaikh Abdul Halim Mahmud, mantan Pemimpin Tertinggi al-Azhar, menulis dalam bukunya, al-Islâm wa al-'Aql, tentang perintah membaca pada wahyu pertama, yakni: (إقرأ باسم ربك) iqra' bismi Rabbika sambil mengaitkannya larangan dengan ayat ini: wa la ta'kulu mimma lam yudzkari smullâh 'alaihi wa innahû lafisqun ( ولا تأكلوا مما لم يذكر اسم الله عليه وإنه لفسق ) Dan janganlah kamu memakan dari yang tidak disebut nama Allah atasnya, dan sesungguhnya ia sungguh adalah suatu kefasikan.
Menurutnya, Allah swt. tidak memaksudkan dari perintah iqra' sekadar perintah membaca saja, tetapi membaca adalah lambang dari segala kegiatan manusia yang bersifat aktif dan apa yang ditinggalkan manusia dari segi pasif. Kalimat itu bermaksud mengatakan dari segi kandungan pesan dan jiwanya bahwa: Bacalah demi nama Tuhanmu, bergeraklah demi nama Tuhanmu, berbicaralah demi nama Tuhanmu, bekerjalah demi nama Tuhanmu. Adapun jika engkau enggan melakukan gerak atau aktivitas, hendaknya hal itu juga demi karena Tuhanmu dan, dengan demikian, pada akhirnya makna ayat itu adalah jadikan hidupmu secara keseluruhan, eksistensimu semuanya, baik sebab › maupun tujuannya adalah untuk Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Selanjutnya, ulama besar itu menulis: “Kalau ayat mulia ini jelas maknanya dari sisi aktif yang mendorong untuk menjadikan bacaan dengan nama Allah, sisi pasif—turun juga kemudian-ayat-ayat yang sangat tegas petunjuknya serta jelas maknanya yang menyatakan: "Dan janganlah kamu memakan dari apa yang tidak disebut nama Allah atasnya, dan sesungguhnya ia adalah suatu kefasikan." Apa yang disembelih di atas berhala atau atas namanya, bukanlah sesuatu yang dimaksudkan untuk wajah Ilahi. Dengan demikian, ia juga kefasikan karena ketika itu tidak disebut nama Allah, itu berarti apa yang tidak disebut nama Allah atasnya haruslah dihindari. Melakukannya ketika itu adalah kefasikan yang berbeda-beda tingkatannya dalam kekejian tinggi atau rendah, sedikit atau banyak." Demikian Syaikh Abdul Halim Mahmud.